Cinangka, Serang (ANTARA News) - Debu yang berasal dari Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda dan menghujani pemukiman warga di Provinsi Banten tidak membahayakan, karena suhunya tidak panas, serta tidak membahayakan kulit.

"Walaupun sampai sekarang, kami masih belum dapat melihat secara pasti aktivitas kegempaaan Gunung Anak Krakatau (GAK), tapi kami pastikan kegempaan yang terjadi tidak mempengaruhi keselamatan warga baik yang ada di Lampung atau Banten," kata Kepala Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, Minggu.

Dia menjelaskan, sampai saat ini pihaknya belum mengambil langkah untuk memperbaiki dan melihat secara pasti alat penangkap kegempaan yang di GAK akan diperbaiki atau dibersihkan dari debu.

"Kami belum dapat mengambil langkah-langkah perbaikan, karena memang kami belum pasti apakah Solar Panel yang ada pada Seismometer mengalami kerusakan atau tertutup debu," ujarnya.

Petugas sampai saat ini belum berani mendekat dan melihat Solar Panel, karena material yang dikeluarkan oleh GAK masih membahayakan.

"Kami tidak mungkin datang dan menjadi pahlawan untuk melakukan perbaikan dan melihat secara pasti alat kegempaan yang ada di gunung. Tapi yang jelas saat ini debu yang sampai ke pemukiman tidak membahayakan warga," katanya.

Sementara itu, Kepala pos pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton S Pambudi menjelaskan, saat ini status GAK masih level II atau `waspada`.

"Statusnya masih sama, kami masih tetap melarang warga atau siapapun mendekat ke lokasi kegempaan sampai radius dua kilo meter, karena material vulkanik yang dikeluarkan masih bersuhu di atas 600 derajat Celcius," katanya.

Saat ini masih menurut Anton, asap yang keluar dari Gunung GAK mengarah ke Utara atau Banten.

"Debunya masih mengarah ke pos pemantau, sementara aktivitas kegempaan tidak terpantau, diduga alat penangkap gempa, Solar Panel tertutup debu, sehingga tidak bisa mengirim sinyal ke pos pemantau," katanya menambahkan.(*)
(U.KR-MSR/J006/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011