AsiaNet 91955


New York, 28 September 2021 (Antara/Bernama-AsiaNet) -


Pengumuman bersejarah menindaklanjuti imbauan negara-negara anggota ASEAN akan lebih banyak pendanaan untuk perjanjian keanekaragaman hayati global


Pada acara tingkat tinggi di sela-sela sesi ke-76 Majelis Umum PBB, sembilan organisasi filantropi meluncurkan "Tantangan Melindungi Planet Kita" dan menjanjikan 5 miliar dolar AS [ https://newsroom.wcs.org/News-Releases/articleType/ArticleView/articleId/16685/Private-Funders-of-the-New-Protecting-Our-Planet-Challenge-Announce-5-Billion-Commitment-to-Protect-and-Conserve-30-of-Planet-by-2030.aspx ] untuk melindungi dan melestarikan 30% dari planet ini pada tahun 2030 dengan mendukung kawasan lindung dan pengelolaan Pribumi atas wilayah mereka. Ini menandai komitmen filantropi terbesar yang pernah ada untuk pelestarian alam.


Target 30x30 berbasis sains ini telah muncul sebagai elemen utama dari strategi rancangan 10 tahun Konvensi Keanekaragaman Hayati [ https://www.cbd.int/doc/c/914a/eca3/24ad42235033f031badf61b1/wg2020-03-03-en.pdf ], yang diharapkan akan disetujui pada COP15 di Kunming, China pada April 2022. Para pemimpin adat menyambut baik pengumuman tersebut sebagai tanda bagaimana target 30x30 dapat diselaraskan dengan hak asasi manusia.


Sepanjang negosiasi Konvensi Keanekaragaman Hayati, negara-negara anggota ASEAN telah mengangkat topik penting pendanaan keanekaragaman hayati. Sebuah studi penting [ https://www.paulsoninstitute.org/key-initiatives/financing-nature-report/ ] menemukan bahwa pengeluaran global saat ini untuk keanekaragaman hayati perlu ditingkatkan lebih dari lima kali lipat untuk melindungi keanekaragaman hayati yang paling penting di seantero dunia.


Acara ini juga menampilkan puluhan kepala negara, pemimpin adat, dan pejabat tinggi PBB, serta menghasilkan komitmen pendanaan tambahan dari pemerintah dan lembaga multilateral guna membantu menutup kesenjangan pendanaan keanekaragaman hayati.


Para pemimpin dari kawasan ASEAN bereaksi terhadap pengumuman tersebut dengan pernyataan berikut:


Ibu Vicky Tauli Corpus, Ketua Dewan Nia Tero & Mantan Pelapor Khusus PBB untuk Hak-Hak Masyarakat Adat, mengatakan:


“Berinvestasi dalam hak-hak masyarakat adat dan perwalian wilayah mereka adalah salah satu strategi yang paling penting, dan paling diabaikan, untuk mengatasi ancaman nyata dari perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Sebagai organisasi yang berkomitmen untuk mengamankan perwalian masyarakat adat atas ekosistem yang berkembang, kami memuji penyandang dana terdepan ini karena secara dramatis memperluas dukungan dari jalur penting ini untuk mencapai target 30x30."


Dr. Theresa Mundita Lim, Direktur Eksekutif, ASEAN Centre for Biodiversity, mengatakan:


“Pengumuman pendanaan ini merupakan kabar baik bagi alam dan kabar baik bagi kawasan ASEAN. Ini mengirimkan pesan penting kepada negara-negara yang siap melindungi atau melestarikan wilayah darat atau laut tambahan bahwa akan ada pendanaan baru untuk membantu mereka. Mengingat konsentrasi keanekaragaman hayati di kawasan kami, negara-negara anggota ASEAN akan berperan penting dalam mengimplementasikan target global 30x30, tetapi upaya mereka hanya akan berhasil dengan dukungan keuangan yang cukup."


Dr. Yongyuth Yuthavong, Mantan Wakil Perdana Menteri dan mantan Menteri Sains dan Teknologi Thailand, mengatakan:


"Inilah jenis pengumuman yang diharapkan banyak orang di kawasan ini. Dengan pendanaan yang tepat, proposal utama seperti 30x30 tidak hanya diperlukan, tetapi juga layak. Saya mendorong semua negara anggota ASEAN untuk mendukung target global 30x30 dan mulai berpikir tentang bagaimana mereka dapat berkontribusi pada implementasinya."


Dr. Zakri Abdul Hamid, Duta Besar dan Penasihat Sains untuk Campaign for Nature, dan mantan Penasihat Sains Perdana Menteri Malaysia, mengatakan:


“Saya senang melihat lebih banyak pendanaan yang berkomitmen untuk kawasan lindung dan konservasi, dan saya berharap dapat melihat lebih banyak negara anggota ASEAN memanfaatkan target global 30x30. Sains jelas menunjukkan bahwa ini adalah jumlah minimal konservasi yang diperlukan untuk membantu mengekang hilangnya keanekaragaman hayati global, dan penelitian ekonomi menunjukkan bahwa mencapai 30x30 akan menciptakan lapangan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi."


KM Reyes, salah seorang Direktur Eksekutif dan Pendiri Centre for Sustainability PH, mengatakan:


“Mendanai langsung Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal kita di garis depan alam adalah satu-satunya cara kita akan secara efektif mengatasi krisis ganda keanekaragaman hayati dan iklim yang kita hadapi. Saya memuji kelompok filantropi yang berkomitmen untuk ini. Untuk melindungi masa depan kita, pemerintah dan perusahaan kita harus melakukan hal yang sama."


UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT, SILAKAN HUBUNGI:


Nama: Alif Abdullah
Tel: +60 12-612 0020


Nama: Azmil Zakri
Tel: +60 17-389 6039


Sumber: ATRI ADVISORY


Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2021