Vaksinasi tidak menghilangkan infeksi namun mengurangi angka kematian secara signifikan sehingga kegiatan ekonomi dapat dilakukan lagi
Jakarta (ANTARA) - Bank Dunia memperkirakan Indonesia dan Filipina akan mampu melakukan vaksinasi terhadap lebih dari 60 persen penduduk mereka pada pertengahan pertama tahun depan sehingga kegiatan ekonomi dapat dipulihkan kembali.
“Vaksinasi tidak menghilangkan infeksi namun mengurangi angka kematian secara signifikan sehingga kegiatan ekonomi dapat dilakukan lagi,” kata Kepala Ekonom Bank Dunia Kawasan Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo dalam World Bank East Asia and Pacific Economic Update Briefing di Jakarta, Selasa.
Mattoo menyatakan percepatan vaksinasi dan pengujian untuk mengendalikan COVID-19 dapat membangkitkan kegiatan ekonomi pada awal pertengahan pertama tahun depan bahkan melipatgandakan angka pertumbuhan pada tahun berikutnya.
Secara rinci, Kawasan Asia Timur dan Pasifik perlu melakukan upaya serius dalam empat bidang untuk menangani COVID-19 yang berkepanjangan yakni mengatasi keraguan tentang vaksin dan keterbatasan kapasitas distribusi.
Kemudian meningkatkan pengujian, pelacakan dan isolasi untuk mengendalikan infeksi serta meningkatkan produksi vaksin regional untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan impor.
“Terakhir yaitu memperkuat sistem kesehatan untuk mengatasi berkepanjangannya penyakit ini,” ujarnya.
Upaya tersebut harus dilakukan seiring pemulihan di Kawasan Asia Timur dan Pasifik terkendala oleh penyebaran varian Delta COVID-19 sehingga memperpanjang kesulitan perusahaan dan rumah tangga.
Kenaikan kasus COVID-19 menyebabkan perusahaan-perusahaan kehilangan aset dan menunda investasi yang produktif dengan dampak terparah dialami oleh perusahaan kecil.
Perusahaan-perusahaan besar mengadopsi teknologi canggih dan menerima dukungan dari pemerintah sehingga mengalami dampak yang lebih kecil.
Rumah tangga pun mengalami kesulitan khususnya masyarakat miskin karena kehilangan penghasilan, kekurangan pangan, dan anak-anak mereka tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Hal ini berakibat pada bertambahnya stunting, pengikisan modal manusia dan hilangnya aset-aset yang produktif sehingga berpotensi menghambat penghasilan rumah tangga tersebut di masa depan.
Baca juga: IMF dan Bank Dunia: Kirim lebih banyak vaksin COVID ke negara miskin
Baca juga: Bank Dunia, COVAX percepat pasokan vaksin untuk negara berkembang
Baca juga: Bank Dunia setuju danai 500 juta dolar program tanggap COVID Indonesia
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021