Seoul (ANTARA News) - Jepang dan Korea Selatan pada Sabtu mengatakan bahwa Pyongyang harus mengambil langkah nyata untuk menunjukkan komitmen penghapusan senjata nuklirnya sebelum pembicaraan enam pihak dapat dimulai kembali.
Dalam satu pertemuan di Seoul, Menteri Luar Negeri Jepang Seiji Maehara dan Menteri Luar Negeri Korsel Kim Sung-Hwan sepakat bahwa Korut harus terlibat dalam pembicaraan produktif dengan Korsel sebelum pembicaraan lain di antara enam pihak berlangsung.
"Kami telah menegaskan bahwa Korut harus menunjukkan keseriusannya tentang tujuan denuklirisasi dengan mengambil langkah konkrit sehingga dapat menciptakan atmosfir yang kondusif untuk dimulainya kembali pembicaraan enam pihak," kata Kim dalam jumpa pers setelah pertemuan itu.
Korut keluar dari pembicaraan perlucutan nuklir enam pihak pada April 2009 dan melakukan percobaan senjata atom keduanya sebulan kemudian sebagai protes terhadap kebijakan "memusuhi" yang dilakukan Amerika Serikat.
Forum tersebut diketuai oleh sekutu utama Korut, China, dan melibatkan kedua Korea, AS, Jepang serta Rusia.
Maehara mengatakan ia sependapat dengan Kim bahwa pembicaraan kedua Korea harus terlebih dahulu dilakukan sebelum Jepang dapat terlibat di pembicaraan bilateral langsung dengan Korut.
"Korut harus mengambil langkah nyata untuk menunjukkan niat mereka dalam menepati janji untuk mengungkap program nuklirnya dengan imbalan bantuan serta konsesi diplomatik," kata Maehara dalam jumpa pers itu.
Korut pada 23 November lalu melakukan serangan artileri berpeluru tajam ke pulau perbatasan milik Korsel, menewaskan empat orang termasuk warga sipil Korsel, yang kemudian memancing ketegangan regional.
Pyongyang juga meningkatkan ancaman keamanan pada November lalu dengan mengungkap pengoperasian pabrik pengayaan uranium yang akan dikunjungi para ahli AS, yang menurut pejabat dan pakar AS dapat digunakan untuk memproduksi uranium tingkat tinggi untuk menambah jumlah stok plutonium mereka.
Korut telah tiga kali melakukan percobaan misil balistik antarbenua, yang terakhir dilakukan pada April 2009 dan sempat melintasi Jepang dan mendarat di perairan Pasifik.
Maehara juga mendesak tindakan terkait isu penculikan. Korut pada 2002 mengakui bahwa mereka pernah menculik warga sipil Jepang yang sedang melakukan perjalanan ke luar negeri dan sejumlah pantai pada 1970an dan 1980an untuk mengajarkan budaya serta bahasa Jepang kepada mata-mata mereka.
Korut telah mengembalikan lima korban dan menyatakan kasus itu selesai, namun Jepang berkeras bahwa setidaknya masih ada tujuh warga mereka yang masih hidup.
Maehara mengunjungi Korsel untuk pertama kali sejak ia menjabat pada September lalu.
Kunjungan satu harinya dilakukan di tengah upaya pendekatan diplomatik dan militer dari kedua negara tetangga itu guna menghadapi ancaman yang muncul dari Korut terhadap keamanan regional.(*)
AFP/KR-PPT/M016
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011