Dampak utama dari imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih tinggi pada mata uang adalah melihat dolar AS/yen membuat kemajuan lebih lanjut, sekarang menyentuh 111 yen

Tokyo (ANTARA) - Dolar menguat terhadap yen di perdagangan Asia pada Selasa pagi, dengan uang Jepang itu diperjualbelikan mendekati level terendah hampir tiga bulan terhadap greenback dan mencapai terendah dua minggu terhadap euro karena kenaikan imbal hasil (yield) obligasi di AS dan Eropa memikat investor Jepang.

Yen sedikit berubah pada 110,985 per dolar, tidak jauh dari terendah Senin (27/9/021) di 111,07, level yang tidak terlihat sejak 5 Juli.

Yen juga juga sebagian besar datar di 129,785 terhadap mata uang tunggal setelah sebelumnya menyentuh 129,92 untuk pertama kalinya sejak 14 September.

Sementara imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 10-tahun yang jadi acuan tetap mendekati nol karena kebijakan kontrol kurva imbal hasil Bank Sentral Jepang (BoJ), imbal hasil obligasi pemerintah AS yang setara telah melonjak ke level tertinggi tiga bulan, menyentuh 1,516 persen semalam.

Imbal hasil obligasi 10-tahun Jerman, sementara di bawah JGB (Japanese Government Bond), telah melambung ke tertinggi sejak awal Juli di minus 0,191 persen dari terendah minus 0,340 persen hanya seminggu yang lalu.

"Dampak utama dari imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih tinggi pada mata uang adalah melihat dolar AS/yen membuat kemajuan lebih lanjut, sekarang menyentuh 111 yen," Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank di Sydney, menulis dalam sebuah catatan kepada klien, dikutip dari Reuters.

"Level 111 akan sulit untuk ditembus, mengingat pasangan ini hanya menghabiskan dua hari dengan waktu di atas level ini sepanjang tahun ini - dan dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun setinggi 1,77 persen."

Imbal hasil AS telah terangkat lebih tinggi oleh pergeseran hawkish di Federal Reserve, yang pekan lalu mengumumkan mungkin mulai mengurangi stimulus segera setelah November dan kenaikan suku bunga mungkin mengikuti lebih cepat dari yang diperkirakan.

Itu diperkuat oleh nada hawkish dari bank sentral Inggris dan bank sentral Norwegia, yang pekan lalu menjadi bank sentral negara maju pertama yang menaikkan suku bunga, menarik imbal hasil obligasi global lainnya lebih tinggi.

Tetapi meskipun ada kenaikan awal dalam indeks dolar - yang mengukur mata uang terhadap enam rival utama - setinggi 93,526 untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan, sejak itu sebagian besar bergerak ke samping, dan terakhir tidak jauh dari posisi Senin (27/9/2021) pada 93,421.

Terhadap euro, dolar sedikit berubah pada 1,16935 dolar, melayang di dekat level tertinggi lebih dari satu bulan di 1,16835 dolar yang dicapai pada Kamis (23/9/2021).

Namun, banyak analis memperkirakan dolar akan naik dari waktu ke waktu.

"Seberapa banyak tapering itu sendiri bukanlah kejutan, akhir yang lebih awal dari programnya akan memperkuat bahwa risiko penurunan terhadap dolar AS telah berkurang," Mazen Issa, ahli strategi senior valas di TD Securities, menulis dalam sebuah catatan riset.

"Jika putaran tapering terakhir merupakan indikasi, sekitar setengah dari kenaikan siklikal dolar AS diamati tiga bulan setelah tapering," tambahnya.

TD Securities memperkirakan The Fed akan mengakhiri program pelonggaran kuantitatif pada Juni 2022.

Di sisi lain, dolar Australia yang sensitif terhadap risiko tergelincir 0,14 persen menjadi 0,7276 dolar, tetapi mempertahankan sebagian besar reli 0,4 persen pada Senin (27/9/2021) karena kekhawatiran tentang penularan dari kesulitan atas utang China Evergrande Group surut dan harga bijih besi terus rebound.

Dolar Selandia Baru melemah 0,17 persen menjadi diperdagangkan di 0,70005 dolar AS setelah mengakhiri Senin (27/9/2021) sebagian besar datar.

Baca juga: Dolar menguat, ikuti kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS
Baca juga: Minyak naik dipicu pasokan yang ketat, Brent dekati 80 dolar per barel
Baca juga: Emas nyaris tak berubah tertekan penguatan dolar, imbal hasil tinggi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021