Pencanangan ditandai di Rumah Sakit Mata "Aini" Prof DR Isak Salim Jakarta.
Wapres mengatakan, upaya untuk menangani kebutaan dan katarak harus jadi tekad semua pihak.
"Pemerintah bersama semua pihak akan dukung pencanangan kebutaan dan katarak, harus dapat digulirkan lebih lanjut lagi penanggulangannya," katanya.
Ia mengatakan, masih banyak penderita katarak dan kebutaan yang belum tertangani.
"Karena itu, masih banyak peluang bagi para pihak untuk membantu mereka baik dari kalangan dunia usaha maupun masyarakat lainnya," katanya.
Wapres menggambarkan, "Hanya 120 ribu penderita yang baru tertangani dari 1,5 juta penderita katarak dan yang alami kebutaan," katanya.
Boediono mengemukakan, dengan biaya operasi yang relatif murah sekitar Rp2,5 juta lebih ekonomis jika dibandingkan biaya yang harus ditanggung secara nasional akibat tidak produktifnya masyarakat karena kebutaan.
"Jadi tidak ada alasan bagi kita semua untuk tidak mendukung gerakan penanggulangan katarak ini," kata Wapres.
Pada kesempatan itu, Ia mengingatkan pentingnya pencegahan daripada pengobatan.
"Dengan gaya hidup dan perilaku sehat, maka semua penyakit dapat kita hindari.
Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) Nila F Moeleok mengatakan, hingga kini masih terdapat 1,5 persen atau 2 juta penderita katarak dan alami kebutaan di Indonesia.
Jumlah itu, merupakan yang tertinggi di Asia dibandingkan dengan Bangladesh (satu persen)India (0,7 persen) dan Thailand 0,3 persen.
"Jangkauan masyarakat yang terbatas terhadap akses pengobatan, menjadi masalah tersendiri bagi pengobatan katarak," katanya.
Padahal, lanjut Nila, akibat katarak dapat mengakibatkan turunnya produktivitas masyarakat yang berimbas pada pembangunan sosial ekonomi bangsa.
Selain masih terbatasnya akses kesehatan, tingginya katarak hingga mengakibatkan kebutaan dikarena perilaku dan gaya hidup masyarakat yang kurang sehat, kata Nila.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011