Kudus (ANTARA News) - Tujuh orang warga asal Surabaya, Jawa Timur, yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Pendukung Gus Dur memperingati haul Gus Dur dengan mengayuh becak dari Surabaya ke Jakarta.
Salah seorang anggota Gerakan Masyarakat Pendukung Gus Dur yang ditemui di Kudus, Sodikin, di Kudus, Jateng, Jumat, mengungkapkan, tujuan utama mengayuh becak dari Surabaya ke Jakarta ini untuk memperingati satu pekan setelah diperingatinya haul Abdurahman Wahid (Gus Dur) pada 30 Desember 2010.
Haul adalah peringatan hari wafat seseorang yang diadakan setahun sekali.
"Kegiatan ini sekaligus menapak tilas perjuangan almarhum Gus Dur semasa hidupnya," ujarnya.
Awalnya, kata dia, jumlah anggota yang mengikuti kegiatan tapak tilas sebanyak 10 orang dengan jumlah becak sembilan unit.
"Hanya saja, dua orang anggota terpaksa tidak bisa melanjutkan perjalanan karena fisiknya tidak mampu meskipun semangatnya cukup besar," ujarnya.
Saat ini, kata dia, jumlah anggota yang masih melanjutkan tapak tilas memperingati satu pekan setelah haul Gus Dur tinggal tujuh orang dengan enam unit becak.
Keberangkatannya dari Surabaya, dimulai 8 Januari 2011 dan hari ini (14/1) baru sampai di Kudus.
"Menurut perkiraan kami, butuh waktu satu bulan untuk bisa sampai di Jakarta," ujarnya.
Ia mengungkapkan, Kiai Abdurrahman Wahid yang juga mantan Presiden RI menghembuskan nafas terakhir pada 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, dan jenazahnya dibaringkan di tempat peristirahatan terakhir di Pesantren Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
"Tapak tilas ini tak hanya sekadar menguji kekuatan mengayuh becak hingga sampai di Jakarta, tetapi kami juga ingin bersilaturahim ke ulama NU dan ziarah ke makam Wali Songo," ujarnya.
Ulama NU terakhir yang ditemui, yakni ulama terkenal di Rembang yang biasa dipanggil Gus Mus (Musthofa Bisri).
"Di Kudus kami juga akan berziarah ke makam para wali, salah satunya Sunan Kudus," ujarnya.
Adapun biaya untuk kegiatan tapak tilas ini, kata dia, merupakan swadaya masing-masing anggota.
Alasan menggunakan alat transportasi becak, kata dia, sebagian besar anggotanya merupakan penyedia jasa becak.
Setelah sampai di Jakarta, katanya, bersama teman-temannya akan menuju Ciganjur untuk bertemu putri almarhum, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yeni Wahid.
Afif peserta tapak tilas lainnya mengaku, tidak memiliki persiapan khusus untuk mengikuti kegiatan ini. "Yang terpenting, tentu niat ikhlas untuk meneruskan perjuangan almarhum Gus Dur," ujarnya.
Peserta tapak tilas mengenakan pakaian ala santri, yakni memakai sarung, pakaian Islami, memakai kopiah, dan rompi berwarna hitam bertuliskan Gempur (Gerakan Masyarakat Pendukung Gus Dur).
Selain itu, setiap becak para peserta tapak tilas juga dipasang bendera identitas Nahdlatul Ulama (NU).(*)
(U.KR-AN/Z002/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011