"Jadi kalau kemudian market, terutama yang asing mengatakan bahwa Bank Indonesia itu behind the curve (terlambat menaikkan suku bunga), kita akan mengatakan yaitu memang persepsi mereka. Bahwa kemudian itu dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menekan Bank Indonesia supaya `now` gitu (menaikkan BI rate), nanti dulu, kita juga punya analisis," kata Darmin di Jakarta, Jumat.
Darmin menjelaskan hal itu menanggapi tulisan dari IMF di sebuah media internet asing yang menyebutkan bahwa BI sudah behind the curve dalam menaikkan BI rate, setelah pada awal Januari lalu BI memutuskan tidak menaikkan BI rate dan tetap di posisi 6,5 persen.
"Kalau dibaca sebenarnya email Milan dari IMF kepada Bloomberg, dia nggak bilang sekarang. Coba baca baik-baik. Itu masih in-line dengan apa yang kita fikirkan," katanya.
Dijelaskannya, dalam merespon tekanan inflasi yang masih tinggi, BI tidak hanya melihat inflasi inti saja, tetapi juga indeks harga konsumen (IHK) yang ternyata kenaikan inflasi belakangan ini hanya bergantung dari beberapa komoditas saja, yang sangat bergantung dari musim.
"Sehingga kalau kemudian instansi yang berwenang yang bertanggung jawab berhasil melaksanakan tugasnya, tingginya inflasi IHK itu hanya bersifat sementara. Kita melihatnya seperti itu," katanya.
Namun, Darmin mengakui pihaknya sudah bersiap-siap untuk mencari waktu yang pas untuk menaikkan BI rate, karena tekanan inflasi dari IHK juga sudah mempengaruhi inflasi inti.
"Kita liat tendensi inflasi ini akan terus datang, sehingga lambat atau cepat dia akan menyentuh core inflation. Sehingga kita sendiri sudah bersiap-siap mencari waktu yang pas menaikkan BI rate," kata Darmin.
Untuk menaikkan BI rate, lanjutnya BI akan sangat memperhatikan besarnya dana asing yang masuk, karena jika BI rate naik arus dana asing itu akan semakin besar.(*)
(T.D012/S006/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011