kami berencana membongkar lapangan tenis dan sembilan rumah di dalam kebun

Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan kemitraan dalam pengelolaan Kebun Raya Bogor (KRB) bertujuan untuk mendukung pencalonan kebun raya tersebut menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO (World Heritage Site).

"Kemitraan dalam pengelolaan kebun raya justru untuk mendukung World Heritage, khususnya terkait pengelolaan yang transparan dan akuntabel," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Hal itu disampaikan Kepala BRIN dalam menanggapi petisi dari para mantan Kepala Kebun Raya Indonesia, yakni Prof. Dr. Made Sri Prana (1981-1983), Prof. Dr. Usep Soetisna (1983-1987), Dr. Ir. Suhirman (1990-1997), Prof. Dr. Dedy Darnaedi (1997-2003), dan Dr. Irawati (2003-2008), agar pengelolaan dan pembangunan Kebun Raya Bogor tetap menjaga marwah kebun raya dan menjaga nilai historis dan fungsi strategis kebun raya.

Mantan Kepala Kebun Raya Bogor Indonesia itu mengatakan perlu mengevaluasi kerja sama yang dilakukan dengan melibatkan unsur lain yang terkait dan memberi perhatian pada kekhususan kebun raya. Selain itu, tentunya perlu meningkatkan kolaborasi dan sinkronisasi dengan bagian lain yang juga berada di dalam lingkungan Kebun Raya.

Menurut mereka, langkah tersebut sangat diperlukan karena berbagai nilai historis dan fungsi strategis kebun raya adalah modal penting dalam usaha mengusung Kebun Raya Bogor sebagai World Heritage, yang kini sedang dalam proses.

Baca juga: Kebun Raya Bogor diusulkan jadi situs warisan dunia
Baca juga: Pedestrian lingkar Kebun Raya Bogor disekat di sembilan titik
Baca juga: Pemkot Bogor tutup pedestrian lingkar Kebun Raya tekan COVID-19

Mereka menuturkan kegiatan kerja sama dengan pihak manapun harus memberi dampak positif pada usaha pengusulan World Heritage tersebut.

Mereka berharap citra baik kebun raya yang telah mendunia, sebagai bagian tak terpisahkan dari jejaring Internasional International Association of Botanic Gardens (IABG) dan Botanic Gardens Conservation International (BGCI), tetap terjaga.

Kebun Raya mengusung lima tugas dan fungsi penting, yaitu konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan, wisata ilmiah, dan jasa lingkungan. Ketiga fungsi pertama merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan menjadi acuan bersama seluruh kebun raya di dunia.

Di lain sisi, BRIN berencana menambah resapan air di Kebun Raya Bogor Indonesia dengan membongkar lapangan tenis dan sembilan rumah di dalam kebun raya itu.

"Kami berencana membongkar lapangan tenis dan sembilan rumah di dalam kebun untuk menambah resapan air," kata Kepala BRIN Handoko.

Baca juga: LIPI: Kebun Raya Bogor tetap jaga fungsi riset dan konservasi
Baca juga: Kebun Raya Bogor dukung pemerintah batasi pengunjung, cegah COVID-19
Baca juga: Cegah COVID, Kebun Raya Bogor sediakan tes GeNose bagi pengunjung

Handoko menuturkan pembangunan fisik yang sedang berjalan di kebun raya saat ini hanya di rumah anggrek yang dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Sementara terkait batu gico yang digunakan di jalan setapak di kebun raya, menurut Handoko, itu tidak sesuai standar keselamatan dan membahayakan pengunjung karena licin dan gampang terkilir.

Ia menjelaskan, pengecoran jalan gico hanya dilakukan pada sedikit bagian yang memang sudah berlubang-lubang, dan didesain tetap terlihat batunya.

Handoko juga mengatakan rencana GLOW untuk atraksi sinar lampu di waktu malam hanya dilakukan di sebagian tempat dan dalam waktu yang terbatas.

Menurut dia, potensi gangguan juga bersifat minimal terhadap keheningan malam kebun raya.

"Potensi gangguan ini minimal, setidaknya untuk kebun raya kota yang sekitarnya juga terang seperti di Bogor. Dan sudah biasa dilakukan di berbagai negara," ujarnya.

Hal itu juga disampaikan Kepala BRIN Handoko dalam menanggapi masukan dari para mantan Kepala Kebun Raya Bogor itu.

Mantan Kepala Kebun Raya Bogor tersebut menuturkan perlu meninjau kembali rencana GLOW yakni membuat atraksi sinar lampu di waktu malam di kebun raya, yang dinilai akan mengusik keheningan malam kebun raya dan mengganggu fungsi serangga polinator dan hewan penyerbuk lainnya.

Selain itu, mereka berpendapat sebaiknya segera dihentikan pembangunan fisik termasuk pengecoran jalan gico, yang akan mengurangi resapan air yang diperlukan oleh tumbuhan, dan untuk usaha mengurangi kontribusi air penyebab banjir di Jakarta.

Baca juga: Menteri PUPR tekankan kualitas penataan Taman Anggrek Kebun Raya Bogor
Baca juga: Kementerian PUPR rampungkan penataan Taman Anggrek Kebun Raya Bogor
Baca juga: Menjelajah Kebun Raya Bogor tanpa tersesat dengan Jawara

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021