Sleman (ANTARA News) - Masyarakat Dusun Pondok Wonolelo, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menggelar upacara adat Saparan dan kirab pusaka Ki Ageng Wonolelo pada Jumat (14/1).
"Puncak upacara adat Ki Ageng Wonolelo akan digelar di Balai Desa Widodomartani, Ngemplak, Sleman, mulai pukul 13.00 WIB," kata Ketua Panitia Tony Suryanto Purwanto, Kamis.
Menurut dia, puncak upacara pada tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan pada malam, tetapi mulai tahun ini dan tahun-tahun mendatang akan dilaksanakan pada siang.
"Prosesi upacara adat Saparan diawali dengan pengajian akbar sebagai upaya meneruskan perjuangan Ki Ageng Wonolelo sebagai ulama besar dan penyebar agama Islam," katanya.
Dalam prosesi kirab pusaka ditampilkan semua pusaka peninggalan Ki Ageng Wonolelo, di antaranya kitab suci Al Quran, baju Onto Kusuma, kopiah, bongkahan mustoko masjid, dan tongkat.
Kirab pusaka dimulai dari halaman Balai Desa Widodomartani menuju makam Ki Ageng Wonolelo.
Kirab juga diiringi drum band SMP Negeri I Ngemplak, bregada Ganggeng Samodra, bregada Muspika Kecamatan Ngemplak, Putri Bhayangkari, Putri Domas, para santri dan alim ulama, gunungan apem, sesaji, bregada Ki Ageng Wonolelo, dan bregada ungel-ungelan.
Ia mengatakan, selesai prosesi kirab pusaka dilanjutkan dengan penyebaran apem seberat satu ton sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas karunia Tuhan YME yang berupa rezeki, kesehatan, keselamatan, dan ketenteraman.
"Apem yang disebarkan sebagai simbolisme sedekah untuk diperebutkan pengunjung yang dianggap dapat mendatangkan keberkahan hidup," katanya.
Menurut dia, Ki Ageng Wonolelo dengan nama asli Jumadi Geno merupakan keturunan Prabu Brawijaya V sekaligus sebagai tokoh penyebar agama Islam pada masa kerajaan Mataram.
Tokoh tersebut bermukim di Dusun Pondok Wonolelo dan memiliki ilmu kebatinan yang tinggi pada masa itu.
"Berhubung memiliki ilmu yang tinggi, Ki Ageng Wonolelo pernah diutus raja Mataram ke Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang saat itu membangkang terhadap Mataram. Ki Ageng Wonolelo berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya," katanya.
Nama Ki Ageng Wonolelo atau Jumadi Geno semakin tersohor dari waktu ke waktu sehingga semakin banyak orang yang berdatangan untuk berguru.
Ia mengatakan, sebagai seorang panutan yang memiliki ilmu tinggi, Ki Ageng Wonolelo banyak mewariskan berbagai peninggalan yang berupa tapak tilas dan pusaka atau jimat dan benda keramat lainnya.
"Pusaka, jimat, dan berbagai benda keramat peninggalan Ki Ageng Wonolelo inilah yang kemudian dikirabkan setiap bulan Sapar (kalender Jawa) pada setiap tahunnya," katanya.
Menurut dia, maksud dan tujuan diselenggarakannya upacara adat Saparan dan kirab pusaka Ki Ageng Wonolelo adalah untuk mendukung Yogyakarta dan khususnya Sleman sebagai daerah tujuan wisata, mengajak generasi muda untuk lebih memahami nilai-nilai seni budaya yang adiluhung, dan memberikan wahana bagi pertumbuhan kesenian rakyat.
"Selain itu, juga untuk menumbuhkan rasa `handarbeni` (memiliki) dan kecintaan terhadap seni budaya bangsa sendiri, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai pelaku ekonomi selama aktivitas kegiatan berlangsung," katanya. (V001/B015/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011