Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kabupaten Pati, Sigit Hartoko, Kamis mengatakan, banjir pertama kali hanya melanda Dukuh Biteng, Desa Banjarsari, Mintobasuki, dan Kosean (Kecamatan Gabus).
"Ketiga desa tersebut memang menjadi patokan, karena berada paling dekat dengan sungai," ujarnya.
Kecamatan lain yang mengalami bencana serupa, yakni Kecamatan Sukolilo, Kayen, Jakenan, dan Winong.
Jumlah desa yang dipastikan terkena banjir, katanya, cukup banyak dan mencapai belasan desa. "Tetapi, jumlah pastinya masih dalam proses pendataan di lapangan, termasuk jumlah kerugian yang ditanggung masing-masing desa," ujarnya.
Selain itu, kata dia, petugas di lapangan juga melakukan koordinasi dengan beberapa instansi terkait, seperti Dinas Pertanian, mengingat ada areal sawah yang tergenang.
Ia berharap, warga tetap waspada dan berhati-hati, mengingat berdasarkan ramalan cuaca belakangan ini sering terjadi cuaca ekstrem.
"Jika memang sudah disediakan tempat pengungsian sementara, sebaiknya warga yang rumahnya terendam banjir dipersilakan mengungsi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dusun Biteng Marzuki mengungkapkan jumlah rumah warga yang mulai terendam banjir sejak dua hari lalu mencapai 100-an rumah lebih, terutama di Dukuh Biteng.
"Hingga kini, warga masih tetap bertahan di tempat rumahnya masing-masing dan belum ada yang mengungsi," ujarnya.
Banjir yang terjadi saat ini, kata dia, merupakan yang paling parah sejak beberapa tahun terakhir.
Sunarti (40), warga Dukuh Biteng berharap, pemerintah segera melakukan normalisasi Sungai Juwana, agar banjir tahunan ini tidak terjadi lagi.
Selain menyebabkan aktivitas perekonomian warga di sawah lumpuh, katanya, banjir juga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat sekitar.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, katanya, warga harus melakukan dengan menggunakan sampan atau rakit, mengingat ketinggian genangan di jalan mencapai satu meter.
"Genangan banjir di dalam rumah warga, ada yang mencapai 30 centimeter, terutama pondasi rumah yang belum ditinggikan," ujarnya.
Camat Sukolilo Sukismanto menambahkan, jumlah desa di Kecamatan Sukolilo yang terkena banjir baru satu desa, yakni Desa Kasian. "Jika curah hujan tinggi, biasanya jumlah desa yang terkena banjir akan bertambah," ujarnya.
Bencana banjir tersebut, kata dia, biasa terjadi di beberapa desa di Kecamatan Sukolilo, sehingga masing-masing warga memiliki persiapan sendiri menghadapi bencana alam tersebut.
"Jika memang warga membutuhkan bantuan, tentu akan diupayakan, termasuk tempat pengungsian sementara juga disediakan oleh pemerintah desa masing-masing," ujarnya.
Berdasarkan data sementara, ada sekitar 16 desa yang terendam banjir, yakni tujuh desa di Kecamatan Gabus, satu desa di Kecamatan Sukolilo, dua desa di Kecamatan Kayen, lima desa di Kecamatan Jakenan, dan satu desa di Kecamatan Kota.
(KR-AN/E011/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011