Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Kuwait menyatakan ketertarikannya untuk menanam modal di Irak ketika perdana menterinya Rabu melakukan kunjungan pertama ke Baghdad oleh seorang perdana menteri dari negara Teluk itu sejak Saddam Hussein menyerang negara tersebut pada 1990.
Perdana Menteri Sheikh Nasser al-Mohammad al-Sabah telah bertemu dengan timpalannya dari Irak, Nuri al-Maliki, dalam upaya untuk memperbaiki hubungan kedua negara, yang masih tegang karena desakan Kuwait agar Baghdad memberi negara itu sekitar 22 miliar dolar sebagai ganti rugi atas serangan Irak tersebut.
Pepimpin Syiah baru Irak berdalih mereka seharusnya tidak dibebani tanggungjawab atas tindakan Saddam Hussein yang Sunni, yang terguling dalam serangan pimpinan Amerika Serikat di Irak pada 2003.
"Kami memiliki banyak gagasan dan kami mempunyai keinginan nyata untuk membangun jembatan antara dua penduduk ... ada keinginan luas untuk menanam modal di infrastruktur Irak dan ini yang ingin kami bicarakan," kata Wakil PM Kuwait Sheikh Mohammad al-Salem al-Sabah, yang melakukan perjalanan dengan perdana menteri.
Beberapa perusahaan Kuwait, seperti Agility, penyedia logistik terbesar di Teluk, akan berekspansi ke Irak, dan kedua negara itu telah mencapai perjanjian awal untuk membagi ladang-ladang minyak di perbatasan.
Tapi perselisihan antara kedua negara sekali-sekali masih meletus. Seorang anggota penjaga pantai Kuwait telah tewas Senin dalam konfrontasi dengan para nelayan Irak yang beberapa pejabat Kuwai katakan telah menyimpang ke perairan negara itu.
"Saya yakin kunjungan ini mampu memperbaiki hubungan antara kedua negara jika langkah-langkah lainnya juga diambil," kata pengamat politik Irak Ibrahim al-Sumaidaie.
Menteri Luar Negeri Irak Hoshyar Zebari mengatakan satu komite tingkat menteri akan dibentuk untuk membicarakan sejumlah masalah antara kedua negara itu. Dan PM Irak Nuri al-Maliki diperkirakan akan melakukan kunjungan ke Kuwait segera. (S008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011