Jakarta (ANTARA News) - Genom manusia (human genom) segera memasuki era baru karena setiap orang akan bisa mengetahui informasi genetika masing-masing dengan membayar 100 dolar AS.
"Ketika pertama kali proyek human genom dibangun di AS pada sekitar tahun 2000, memetakan genom manusia memerlukan biaya tiga miliar dolar AS," kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Dr Sangkot Marzuki di sela Syukuran Penganugerahan "Honoris Causa Doctor of Science" dari University of Queensland, Australia di Jakarta, Rabu.
Sangkot mengatakan, harga itu berdasarkan biaya pemetaan genom manusia seharga 1 dolar per satu nukleotid, sementara ada 23 kromosom berpasangan dengan total lebih dari 3 miliar "base pair" (nukleotid) DNA dengan target penyelesaian selama 10-15 tahun.
"Dengan mengetahui peta genetika, urutan nukleotid, kita bisa mengetahui segala informasi variasi individu seperti penyakit di tubuh kita, misalnya kita punya bakat diabetes, mudah terinfeksi atau tak mudah terkena malaria," katanya.
Saat itu, lanjut Sangkot, penyelesaian proyek human genom yang bertujuan untuk mengidentifikasi seluruh gen manusia adalah sesuatu yang mustahil karena belum ada teknologinya.
Namun tiga tahun lalu, lanjut dia, teknologinya sudah mulai ditemukan dan membuat harga sekuensing DNA manusia tinggal tiga juta dolar AS.
"Saat saya ke University of Queensland Desember 2010 lalu, saya makin terkejut bahwa mereka sudah mampu melakukan analisis sekuens seluruh gen dari seorang manusia dalam tiga hari dengan sebuah mesin kecil saja," katanya.
Kini. lanjut Sangkot, telah terjadi revolusi dalam dunia kedokteran yaitu hanya dalam 2-3 tahun lagi biaya sekuensing genom seorang manusia tak sampai 1.000 dolar AS, artinya siapa saja bisa mengetahui "blue print" dari sifat genetika masing-masing, ujarnya.
"Semua informasi kita ke depan bisa tersimpan dalam satu chip ukuran beberapa gigabyte saja," katanya.
Sangkot Marzuki meraih anugerah "Honoris Causa Doctor of Science" dari University of Queensland pada 17 Desember 2010 karena jasa-jasanya di bidang Biologi Molekuler, genetika manusia dan penyakit menular dan kontribusinya pada Universitas Queensland.
Ia yang pada 1975 meraih gelar doktor (PhD) dari Monash University, pernah juga mendapat Penganugerahan "Honorary Doctorate dari Universitas Utrecht, Belanda dan penghargaan sebagai Asean Outstanding Scientist.
(D009/A025/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011