Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menetapkan tiga prioritas saat menjabat sebagai ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 2011, kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa pada acara serah terima Ketua Perwakilan Tetap ASEAN di Jakarta, Rabu.

"Terdapat tiga hal yang menjadi prioritas Indonesia saat menjabat ketua ASEAN yang sesuai dengan tema keketuan Indonesia pada 2011 yaitu `Masyarakat ASEAN di tengah Masyarakat Global`," kata Marty dalam acara yang juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan itu.

Pertama, katanya, adalah memastikan sepanjang 2011 ada kemajuan signifikan yang tertata, dan konkret dalam ketiga pilar ASEAN. "Bukan berarti semua persoalan akan selesai pada 2011, tapi dimulai dengan adanya `scorecard` yang terukur," kata Marty.

"Scorecard" tersebut, lanjut dia, diperlukan untuk mengukur pencapaian masing-masing negara anggota ASEAN dalam mengimplementasikan kebijakan dalam tiga pilar ASEAN yaitu politik, ekonomi dan sosial budaya.

"Dengan prioritas ini peran sekretariat ASEAN menjadi penting untuk mengukur segala pencapai yang didapat oleh negara-negara anggota ASEAN," tambahnya.

Negara anggota ASEAN adalah Brunei Darusalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Prioritas ASEAN yang kedua, kata Marty, adalah bagaimana hubungan ASEAN dan kawasan di sekitarnya khususnya menyangkut KTT Asia Timur (East Asia Summit) yang terdiri atas negara anggota ASEAN ditambah Jepang, China, Korea Selatan, Selandia Baru, Australia, India, serta dua anggota baru AS dan Rusia.

"Usulan Indonesia untuk mengikutsertakan Amerika dan Rusia dalam KTT Asia Timur diterima dan tahun ini sebagai ketua EAS kita memiliki peluang agar dapat mewarnai forum tersebut agar tercapai keseimbangan dinamis (dynamic equilibrium)," ujar Marty.

Keseimbangan dinamis (dynamic equilibrium) atau juga disebut "Doktrin Natalegawa" adalah kondisi di mana tidak ada kekuatan dominan tunggal di kawasan dan berbagai negara berinteraksi secara damai dan menguntungkan.

"EAS bukanlah forum yang isunya ditentukan hanya oleh pemimpinnya, jadi masalah yang dibicarakan fleksibel tapi tentu kita ingin agar isu ASEAN tetap menjadi pokok pembicaraan,"

Sekjen ASEAN, Surin Pitsuwan sependapat dengan hal tersebut dengan mengatakan bahwa sejak KTT awal pada 2005, ASEAN menunjukkan sentralitasnya dalam membicarakan isu geopolitik.

"Sejak lima tahun yang lalu, ASEAN sudah menunjukkan sentralitasnya dalam EAS sehingga masalah geopolitik yang terkait dengan ASEAN lebih banyak dibicarakan dibanding isu-isu yang berada di luar ASEAN," kata Surin.

Prioritas yang ketiga, menurut Marty, adalah agar ASEAN memiliki kesamaan pandangan dan tindakan (common platform) mengenai isu-isu global.

Marty menambahkan, ASEAN sudah berkontribusi dengan ikut serta mengatasi krisis keuangan global, terlibah dalam G20, maupun isu perubahan iklim, sehingga ke depannya ASEAN diharapkan menyamakan frekuensinya agar dapat lebih berkontribusi terkait isu-isu global tersebut.

"Kesemuanya tentu dengan tetap berfokus pada masyarakat seperti cita-cita Komunitas ASEAN agar dapat memberikan nilai tambah kepada warga ASEAN," tambahnya.

Ditanya mengenai isu demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM), Marty mengatakan bahwa hal tersebut tentu termasuk dalam bahan pembicaraan karena masuk dalam tiga pilar ASEAN.

"Memang sudah ada pembicaraan mengenai demokrasi dan HAM di tingkat pemerintahan, tapi saya juga melihat penting bagi pemerintah ASEAN untuk merangkul dan mendengar lebih banyak lagi dari masyarakat sipil agar memastikan bahwa potensi ASEAN dalam HAM terealisasi," katanya.

Menurut Marty, diperlukan diskusi informal mengenai tiga pilar tersebut yang membolehkan keikutsertaan masyarakat sipil dan juga sektor bisnis berkontribusi.

"Memang tugas-tugas Indonesia sebagai ketua ASEAN untuk memastikan ada kemajuan signifikan dalam isu demokrasi dan HAM," jelas Marty.

Ketiga prioritas tersebut juga akan dibicarakan dalam Senior Official Meeting (SOM) ASEAN yang akan berlangsung pada 13-14 Januari di Lombok.

(KR-DLN/A041/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011