Jakarta (ANTARA) - Band surf-rock asal Jatinangor The Panturas pada Jumat merilis film pendek (short movie) yang merupakan tafsir dari lagu “All I Want”, single ketiga dari album “Ombak Banyu Asmara” yang belum lama ini diluncurkan.
Ide tentang film pendek pertama kali dicetuskan sutradara Edy Khemod. Selanjutnya, The Panturas mengajukan topik pembunuhan untuk cerita film pendek tersebut dengan mengadaptasi kasus Setiabudi 13 pada tahun 1981
“Setiabudi 13 adalah kasus yang masih menjadi misteri hingga hari ini. Siapa pembunuhnya, apa motifnya, kenapa bisa seperti itu, tidak ada yang pernah tahu. Karena ada area abu-abu tersebut, kami berpikir menarik jika kami bersama Khemod membuat cerita fiksi dari kejadian nyata tersebut,” ujar drummer Surya ‘Kuya’ Fikri Asshidiq, dikutip dari siaran pers pada Jumat.
Film dibintangi oleh deretan aktor ternama, meliputi Prisia Nasution (sebagai Ida), Dimas Danang (sebagai Anwar), dan Tio Pakusadewo (sebagai tukang jagal).
Film “All I Want” mengangkat kisah balas dendam berbalut asmara. Karakter perempuan bernama Ida ingin membalas dendam kepada tukang jagal yang telah membunuh orangtuanya. Padahal, orangtua Ida merupakan korban pada masa pemberangusan komunis 1965.
Terkait premis cerita yang mengambil latar kelam sejarah genosida 1965 sebagai motif utama pembalasan dendam, Edy Khemod menanggapinya dengan menyelipkan pesan khusus.
“Ketika tengah mengembangkan cerita, kami sadar kalau ternyata violence breed violence. Susah untuk memutus mata rantai lingkaran kekerasan, makanya sebaiknya dihindari,” kata Khemod.
Ia mengatakan meski film ini fiksi, namun menyimpan refleksi pertanyaan tentang sejarah yang terus ditutupi.
“Kita tidak pernah terbuka sebagai sebuah bangsa setiap kali menghadapi masalah itu. Jadi, bukan tidak mungkin kejadian berdarah seperti di film ini bisa terwujud di kehidupan nyata,” lanjut Khemod.
Sementara perihal visual film, drummer Kuya mengatakan The Panturas bukanlah tipikal orang-orang yang ingin memaksakan ide-ide visual tertentu yang harus sama dengan keinginan mereka.
“Kami terbuka terhadap hal-hal yang kolaboratif. Kami suka ketika orang mengutarakan perspektif lain dari lagu yang kami buat,” tutur Kuya.
Manajer The Panturas, Iksal R. Harizal, menyebut film ini merupakan formula eksperimen baru yang tepat untuk mengenalkan lagu The Panturas setelah sebelumnya mencoba hampir semua hal dalam video musik, mulai dari treatment stop motion, warna yang vibrant, warna hitam-putih, dan sebagainya.
“The Panturas tidak pernah melakukan sesuatu dengan setengah hati. Makanya, kami mengajak orang-orang terbaik di bidangnya,” ujar Iksal.
Kini, film pendek “All I Want” sudah bisa dinikmati melalui saluran resmi YouTube The Panturas mulai 24 September 2021.
Baca juga: Feel Koplo rilis versi remix "Gurita Kota" The Panturas
Baca juga: The Panturas mainkan nada Melayu lewat lagu "Tafsir Mistik"
Baca juga: The Panturas rilis album kedua "Ombak Banyu Asmara"
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021