"Kalau tidak bisa melawan, berarti negara `kalah`. Daripada nanti timbul guncangan, lebih baik selesaikan sekarang. Tetapi pertanyaannya, apakah penegak hukum punya nyali atau tidak?," kata Buya, panggilan akrab Ahmad Syafi`i Ma`arif, disela acara peluncuran Gerakan Integritas Nasional di Gedung Stovia (Museum Kebangkitan Bangsa) di Jakarta, Selasa.
Bila kasus Gayus tidak ada yang berani membongkarnya, ia menduga aparat hukum menutup-nutupi kasus tersebut.
"Kalau kasus ini dibiarkan saja, maka akan menjadi bumerang bagi penegak hukum itu sendiri. Penegakan hukum di Indonesia harus diperbaiki," kata pendiri Ma`arif Institute itu.
Sebelumnya, usai acara Pernyataan Publik Tokoh Lintas Agama "Pencanangan Tahun Perlawanan Terhadap Kebohongan: Pengkhianatan Harus Dihentikan" di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Senin (10/1), Buya menyindir penanganan masalah hukum di Indonesia yang dinilainya penuh dengan lelucon dan tidak ada yang serius.
Bahkan, soal kasus pelesirannya terdakwa mafia pajak Gayus Tambunan, katanya, kasus itu merupakan "mbahnya lelucon".
Namun, ia mengakui bahwa Gayus memiliki jasa untuk membongkar siapa saja orang yang terlibat dalam kasus tersebut.
"Gayus memang jelas salah, tapi dia memiliki jasa dengan membongkar pelaku lainnya. Oleh karena itu, aparat kepolisian dan kejaksaan harus segera mengusut kasus tersebut," katanya.
(S037*A041/D011/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011