Tanjungpinang (ANTARA News) - Kapal barang KM Indah yang berlayar dari perairan Koala, Kabupaten Kepulauan Anambas, ditemukan di perairan Kijang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, setelah dinyatakan hilang kontak selama lima hari sejak 7 Januari 2011.
"KM Indah ditemukan nelayan terombang-ambing di perairan Kijang, Bintan pada pukul 03.00 WIB setelah hilang kontak sejak 7 Januari 2011," kata Kepala Seksi Operari SAR Tanjungpinang, Budi Cahyadi, di Tanjungpinang, Selasa.
Budi mengatakan KM Indah terombang-ambing selama lima hari di laut lepas karena kehabisan bahan bakar setelah berangkat dari perairan Koala, Anambas dengan tujuan Batam.
"Beruntung tiga orang nakhoda kapal kayu itu ditemukan selamat oleh nelayan Kijang," kata Budi.
KM Indah menurut dia mengangkut pisang, ikan dan bahan-bahan pokok lainnya dari Anambas menuju Batam.
"Secara fisik kami mendapat informasi tiga orang nakhoda kapal dalam kondisi baik, karena bahan makanan selama terombang-ambing di laut lepas tersedia, namun kami memperkirakan secara psikologis ada pengaruh," katanya.
Kapal dan tiga orang korban tersebut menurut dia sudah dibawa ke Kijang untuk mendapat perawatan.
Selain KM Indah, menurut Budi pada 8 Januari 2011 juga ditemukan kapal kayu kecil (pompong) dengan dua orang penumpang yang terombang-ambing selama 13 hari di perairan Tarempa, Kepulauan Anambas.
"Korban ditemukan selamat, mereka berlayar dari Pulau Tiga, Natuna menuju Kijang, Bintan untuk membeli ikan pada 27 Desember 2010 dan ditemukan terombang-ambing di laut lepas di perairan Tarempa pada 8 Januari 2011," katanya.
Menurut dia, pada umumnya nelayan maupun kapal barang tidak mengindahkan larangan berlayar dari Syahbandar pada saat cuaca buruk, apalagi saat ini sudah masuk musim utara yang tergolong berbahaya di perairan Kepri.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tanjungpinang mencatat tinggi gelombang di perairan Anambas dan Natuna berkisar antara 2 hingga 4,5 meter, sehingga berbahaya bagi kapal-kapal kecil.
"Kami terkadang kesulitan untuk berkoordinasi, karena pada umumnya kapal-kapal barang kecil tidak minta izin kepada Syahbandar untuk berlayar," kata Budi.
SAR Tanjungpinang menurut dia saat ini meningkatkan kesiagaan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama musim utara karena grelombang dan curah hujan yang cukup tinggi.
"Selain mempersiapkan fisik anggota SAR, kami juga melakukan pengecekan ulang seluruh peralatan yang diperlukan untuk operasi," katanya.
(KR-NP/M008/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011