"Koleksi terbanyak adalah kategori numismatik-heraldika, yakni mata uang dan tanda pangkat," kata Kepala Seksi Pengkajian dan Pelestarian Museum Ranggawarsita, Kussunartini di Semarang, Senin.
Ia menyebutkan bahwa jumlah koleksi numismatik-heraldika tersebut mencapai 44.961 unit, kategori etnografi sebanyak 6.803 unit, dan koleksi benda-benda arkeologi berjumlah 5.211 unit.
Jumlah koleksi keramik, kata dia, sebanyak 1.199 unit, biologi sebanyak 617 unit, historika sebanyak 318 unit, seni rupa 397 unit, dan geologika berupa batuan alam sebanyak 200 unit.
"Kalau koleksi yang jumlahnya masih sedikit kategori filologika, berupa naskah atau manuskrip yang hanya 36 unit dan teknologika, seperti mesin ketik kuno sebanyak 42 unit," katanya.
Menurut dia, dari seluruh koleksi yang dimiliki tersebut, koleksi berupa keramik langkah perawatannya lebih rumit dibandingkan koleksi lain, sebab rentan rusak atau pecah.
"Bahkan, cara memegang dan membawanya juga tidak boleh sembarangan, misalnya harus dipegang dengan dua tangan dengan posisi tertentu dan harus memakai sarung tangan," katanya.
Terkait asal-usul koleksi tersebut, ia mengatakan ada koleksi yang merupakan hibah atau pemberian, dan titipan, termasuk dari perorangan yang memilih menitipkannya di museum.
Ia mengatakan bahwa pihaknya siap menerima jika ada pihak yang ingin menitipkan benda bersejarah yang dimilikinya di museum sebab langkah perawatannya lebih terjamin dibanding disimpan sendiri.
"Namun, koleksi yang berupa titipan jumlahnya memang sangat kecil dibandingkan koleksi yang sudah menjadi milik museum," katanya tanpa menyebutkan berapa jumlah koleksi titipan.
Kalau untuk titipan, kata dia, pihaknya sebenarnya memberikan tenggat waktu benda itu dititipkan di museum agar tidak ada orang yang seenaknya menitipkan dan mengambilnya kembali.
"Sebab, pernah juga ada orang yang menitipkan benda pusaka, seperti keris, namun tidak lama diminta lagi. Kami tidak mempermasalahkan dan mengembalikan kepada pemiliknya," kata Kussunartini.
(ANT/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011