Tunis (ANTARA News) - Setidaknya 14 orang tewas pada bentrokan antara demonstran dan polisi pada akhir pekan di wilayah sebelah barat Tunisia, demikian diberitakan kantor berita TAP pada Senin.
Demonstran yang memprotes pengangguran dan berbagai isu sosial menyerang stasiun pengisian bahan bakar, gedung umum dan kantor polisi pada Sabtu di kota Thala dengan melemparkan bom molotov dan batu, sebutnya.
Petugas polisi menggunakan senjata "yang dibenarkan untuk bertahan" demi mencegah demonstran masuk ke gedung-gedung pemerintahan. Bentrokan menyebar ke beberapa kota pada Minggu.
Media memberitakan demonstrasi dan kerusuhan dipicu oleh kematian seorang lulusan universitas berusia 26 tahun yang membakar dirinya sendiri pada 17 Desember di kota sebelah selatan Sidi Bouzid setelah polisi setempat menyita gerobak buahnya dengan paksa.
Namun petugas menyalahkan "sekelompok kecil ekstrimis" karena memicu protes tersebut.
Menteri Komunikasi Samir Labidia mengatakan kepada televisi al Jazeera pada Minggu bahwa pemerintah siap untuk melakukan dialog dengan para pemuda.
"Pesannya sudah disampaikan," katanya. "Kami ingin melakukan peninjauan ulang mengenai apa yang harus ditinjau ulang, kami akan mengoreksi yang yang perlu dikoreksi namun kekerasan adalah hal yang terlarang."
Tunisia adalah negara Afrika di sebelah utara dengan populasi sekitar 10 juta dan dikenal memiliki kondisi domestik yang stabil.
Belum ada hubungan yang dapat dikonfirmasi mengenai kerusuhan terakhir di Tunisia dan apa yang terjadi di negara tetangganya Aljazair, yang baru-baru ini mengalami kerusuhan parah karena penggangguran dan harga makanan.(*) Xinhua/KR-DLN/H-AK
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011