Tanjung (ANTARA) - Maskuni, pria 49 tahun ini bisa menjadi salah seorang inspirator dalam budi daya madu dan upaya membangun bisnis yang bersumber dari kawasan hutan yang berada di sekitar tempat tinggalnya.

Warga Desa Haur Batu, Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan ini mampu membuktikan, bahwa bila kita mampu merawat alam, maka alam akan memberikan banyak manfaat dan sumber rejeki yang berlimpah.

Terbukti, Maskuni kini mampu mengembangkan bisnis madu lebah kelulut dengan pendapatan yang fantastis.

Sejak pertengahan 2018 hingga kini, Maskuni telah mampu menjual madu hingga 772 liter dengan hasil penjualan sekitar Rp445 juta.

Usahanya tersebut berawal saat dia menderita sakit lambung kronis. Ketika merasa sakit, Maskuni mencoba meminum madu kalulut, dan ternyata dia bisa sembuh.

Sejak saat itu, dia yakin bahwa madu ini akan mampu menjadi bisnis yang menguntungkan, karena selain rasanya yang asam-asam manis, madu tersebut juga mampu menyembuhkan penyakit.

Keyakinan tersebut ternyata benar, bahwa madu kalulut akhirnya menjadi primadona bisnis hasil hutan yang banyak dicari warga, karena khasiatnya mampu menyehatkan sekaligus bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

Informasi dari mulut ke mulut terkait khasiat madu kelulut dan potensi bisnisnya, terus menyebar, sehingga warga pun banyak yang ikut memburu sarang-sarang madu kelulut di dalam hutan.

Menyadari semakin banyaknya warga yang tertarik untuk berburu madu lebah hitam berukuran kecil ini membuat Maskuni khawatir dan gelisah.

Dia khawatir, lama kelamaan, bila banyak warga yang terus memburu dan mengeksploitasi hewan penghasil madu dengan cita rasa yang khas dan segar tersebut akan punah.

Akhirnya, Maskunipun berjuang keras untuk mendapatkan cara, bagaimana agar dia dan warga lainnya tetap bisa mendapatkan hasil, tanpa harus membuat punah sumber daya fauna tersebut.

Kegelisahan ini mendorong Maskuni untuk berubah. Ia bertekad menyelamatkan dan merawat koloni lebah melalui budi daya lebah madu kalulut.

Maskuni pun mencoba untuk membudidayakan lebah-lebah tersebut, dengan caranya sendiri.

Pada mulanya, Maskuni dianggap orang aneh dan gila karena ingin merawat dan memelihara lebah madu kalulut yang dipercaya masyarakat sebagai lebah yang tidak bisa dibudidayakan.

Namun, ia tidak menghiraukannya dan tetap melanjutkan budi daya lebah madu kalulut meskipun sangat minim pengetahuan.

"Saya mulai mengambil sedikit demi sedikit kalulut di hutan, awalnya ada 40 sarang yang dibudidayakan di lahan khusus," ujar Maskuni

Usahanya tak berjalan mulus, teknik yang digunakan Maskuni membuat sarang tidak aktif dan lebah madu kalulut mati.

Namun hal itupun tak juga menyurutkan semangatnya, dan terus mencari informasi bagaimana agar sarang kalulut ini saat dibawa dari hutan ke lokasi budi daya aman.

Maskuni pun bertemu dengan tim CSR PT Adaro Indonesia dan akhirnya menjalin kerja sama dengan PT Adaro Indonesia.

Melalui bimbingan tim CSR Adaro tersebut, Maskuni mulai melakukan budi daya dengan benar, seperti pada proses domestikasi (penjinakan) pada mobilisasi lebah menuju pekarangan rumah.

Selain itu, penanaman bunga sebagai makanan lebah, pembangunan rumah sarang buatan dan mesin panen madu.

Selain itu Adaro juga memberikan dukungan untuk pembuatan kemasan madu.

Maskuni pembudidaya madu kalulut bersama kelompoknya saat di Istana Kalulut. (Antaranews Kalsel/Istimewa)

Tularkan ilmu

Keberhasilan Maskuni dalam budi daya lebah kalulut tersebut, tidak ingin dirasakannya sendiri, dia mempunyai tekad mulia untuk menularkan ilmunya kepada masyarakat.

Dia berharap, melalui budi daya tersebut, sumber daya alam fauna tersebut tetap terlindungi dan lestari, dan masyarakat tetap bisa mendapatkan keuntungan dan kesejahteraan dari budi daya tersebut.

Maskuni bertekad ingin mengubah pola pikir masyarakat, yang kini senang berburu lebah kelulut menjadi pembudidaya.

Namun upaya tersebut ternyata tidak mudah, warga tidak gampang menerima hal baru, apalagi ada kekhawatiran akan mengancam sumber pendapatannya.

Ia pun mencoba melakukan pendekatan dengan beberapa strategi, yaitu memberikan bukti konkret hasil budi daya, perhitungan keuntungan sebelum dan sesudah budi daya.

Selain itu, dia pun berupaya membeli sarang dari pemburu dan mengajaknya ke Istana Kelulut yang merupakan tempat usaha dan budi daya miliknya, sehingga secara tidak langsung mereka akan belajar dan tertarik untuk melakukan budi daya juga.

Alhasil, kini ia mampu mengubah pola pikir sekitar 32 warga dari awalnya pemburu menjadi pembudidaya lebah dan bersama PT Adaro membentuk kelompok yang disebut Istana Kalulut.

Bersama kelompok, kini ia berhasil mengembangkan 350 koloni lebah madu kalulut dengan empat varian, torasica, itama, leavicep, terminata.

"Ini luar biasa bagus, di mana dulu masyarakat mendapatkan madu kalulut dengan merusak sarang yang ada, kemudian Adaro turun dan mengusahakan agar bisa dilakukan dengan cara berbeda dan terjaga," kata Wawan Supriatna, dari Kementerian ESDM.

Melalui budi daya ini, kata Wawan warga bisa "memaintenance" untuk menjaga kualitas dan harga madu, dan peluang bagi masyarakat menjadi semakin besar.

Upayanya dalam melestarikan lingkungan tersebut mampu mengantarkan Maskuni meraih beberapa penghargaan, di antaranya Adaro CSR Award (ACA) tahun 2019 dan yang terbaru adalah pada ajang nasional, Indonesia Sustainability Development Goals Awards (ISDA) 2021 sebagai terbaik ke-2 Lokal Hero.

Kini, meskipun sebelumnya dipandang sebelah mata dan ia yakin apapun yang kita lakukan dengan niat baik pasti akan memberikan hasil terbaik.

Sang pelopor usaha madu itu pun berharap mampu mengembangkan budi daya kalulut hingga, 500, 600 bahkan 1.000 an koloni lebah madu kalulut.

Bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk seluruh anggota kelompoknya, dan lebih luas untuk mendukung pemerintah dalam mewujudkan Indonesia sehat.

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021