Jakarta (ANTARA News) - DPR RI mengingatkan pemerintah bahwa tantangan terberat perekonomian Indonesia pada 2011 adalah pengendalian inflasi dan lonjakan harga-kebutuhan pokok.
Mengutip data Badan Pusat Statistiks awal Januari 2011 saat berpidato pada pembukaan masa persidangan DPR tahun sidang 2010-2011, Senin, Ketua DPR Marzuki Alie menyebutkan angka inflasi tahun 2010 sudah mencapai angka 6,96 persen.
Angka tersebut jauh melampaui asumsi target inflasi 5,3 persen yang telah disetujui DPR dan pemerintah dalam UU APBN 2010.
"Kenaikkan harga-harga kebutuhan bahan pokok sangat memprihatinkan, seperti harga pangan dan komoditas pertanian," ujar Marzuki.
DPR mendesak pemerintah dan Bank Indonesia agar lebih intensif mengelola sumber-sumber penyebab inflasi.
"Masalah ini jelas yang akan terkena dampak adalah rakyat kecil yang berpenghasilan rendah dan pas-pasan," katanya.
Daya beli masyarakat akan berkurang dan karena mereka tidak mampu membeli kebutuhan pokoknya, maka ujungnya kualitas kehidupan rakyat menurun.
Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi adalah apabila kesenjangan sosial justru semakin melebar akibat permasalahan tersebut.
Sementara itu dalam evaluasi pelaksanaan APBN 2010, Marzuki mengatakan DPR memberi catatan proporsi dan alokasi APBN 2010 sebagian besar hanya untuk membayar utang, subsidi dan belanja pegawai.
Namun demikian untuk APBN 2011, DPR mengapresiasi pemerintah yang sudah meningkatkan alokasi belanja modal, seperti untuk pembangunan infrastruktur.
"Dengan kebijakan tersebut diharapkan ada output dalam mengelaborasi APBN dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2011," ujarnya.
Pada bagian lain, Marzuki juga menegaskan bahwa saat ini DPR masih menunggu hasil kajian yang dilakukan pemerintah bersama Pertamina terkait rencana pengaturan BBM bersubsidi 2011.
DPR, katanya lagi, mengharapkan ada kesepakatan dengan pemerintah bahwa yang seharusnya mendapat subsidi adalah masyarakat yang benar-benar kurang mampu melalui perbaikan kebijakan yang dapat dilaksanakan secara efektif tanpa menimbulkan gejolak.
Pada saat yang sama, pemerintah juga perlu mewaspadai meningkatnya harga minyak dunia yang dapat menembus angka 100 dolar AS per barel akibat sejumlah faktor seperti cuaca dingin ekstrim di Eropa dan Amerika.(*)
D011/B008
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011