Dengan tidak ada acara kondangan, pesta lebih banyak 'work from home', tentu permintaan pasar juga berubah. Teman-teman UKM harus menangkap peluang itu dengan cara membuat baju yang sopan, kasual, dan nyaman.

Semarang (ANTARA) - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Tengah meminta para pengrajin wastra (kain tradisional) untuk adaptif dengan perubahan tren fesyen terutama saat pandemi agar bisa berkembang.


"Dengan tidak ada acara kondangan, pesta lebih banyak 'work from home', tentu permintaan pasar juga berubah. Teman-teman UKM harus menangkap peluang itu dengan cara membuat baju yang sopan, kasual, dan nyaman," kata Ketua Dekranasda Jateng Siti Atikoh saat menjadi pembicara inti pada kursus busana daring yang diselenggarakan Balai Pelatihan Koperasi dan UMKM Dinas Koperasi-UKM Provinsi Jateng, Semarang, Kamis.

Menurut dia, pergeseran tren fesyen berpengaruh besar pada pola bisnis perajin dan produk yang dihasilkan.

Baca juga: Dekranasda Jateng buka ruang pamer kriya di Bandara Yogyakarta

Dekranasda Jateng juga meminta pengrajin responsif terhadap pemasaran digital yang berkembang semakin cepat saat pandemi.

Selain itu, pengrajin wastra perlu melihat peluang pasar dengan cara tidak hanya memroduksi kain, tapi membuat pakaian siap pakai.

Langkah itu dinilai Atikoh, sebagai cara adaptif mempertahankan bisnis di tengah badai pandemi COVID-19.

"Saya juga siap 'endorse' produk UKM, produk apa saja yang akan diproduksi nanti saya 'endorse'. Yang terpenting harus beli ya," ujarnya.

Baca juga: Pameran kain tradisional untuk lestarikan warisan budaya

Kepala Dinas Koperasi-UKM Jateng Ema Rachmawati menambahkan, pihaknya menggandeng banyak pihak untuk mengembangkan sektor fesyen.

"Ini dilakukan satu di antaranya dengan memberi pelatihan pelaku UKM di Kecamatan Lasem, mengubah produk kain batik menjadi 'ready to wear'," katanya.

Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021