Jakarta (ANTARA) - Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta menyebutkan, temuan kasus positif COVID-19 di lingkungan sekolah dalam evaluasi per 22 September 2021, hanya ada di enam sekolah saat menjalankan pembelajaran tatap muka (PTM).

Disdik DKI Jakarta telah melakukan penutupan sementara pada enam sekolah tersebut, ditambah satu sekolah yang ditutup akibat melakukan pelanggaran protokol kesehatan selama PTM di masa pandemi COVID-19.

"Jadi setelah dievaluasi per tanggal 22 September 2021 itu, memang ada tujuh sekolah yang diberlakukan penutupan sementara. Enam di antaranya karena ditemukan kasus positif, dan satu sekolah akibat melanggar prokes," kata Kasubag Humas Disdik DKI Jakarta Taga Radja Gah saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Taga menjelaskan, tujuh sekolah yang dilakukan penutupan sementara tersebut, yakni di SDN Klender 03 yang ditemukan dua kasus positif. Ssatu siswa tertular dari keluarga dan kemudian satu siswa tertular di sekolah.

Di SMK 66 ditemukan kasus positif pada satu guru tertular di rumah, di SDN Pondok Rangon 02 satu siswa tertular di rumah dan di SMP PGRI 20 satu orang guru positif. Sedangkan di SMA 25 satu orang guru positif dan di SMA 20 satu siswa positif serta di SDN 05 itu karena pelanggaran protokol kesehatan.

Baca juga: Rencana 1.500 sekolah di DKI gelar PTM terbatas masih "on the track"

Saat ini, dari tujuh sekolah itu, enam di antaranya sudah kembali melaksanakan PTM normal setelah ditutup tiga hari untuk disinfeksi dan pelacakan yang hasilnya tidak ada penularan lanjutan, terkecuali satu sekolah, yakni di SDN 05.

"Jadi dari tujuh sekolah, enam di antaranya sudah kembali buka untuk PTM terbatas, terkecuali yang satu (SDN 05) masih dalam pantauan yang melanggar prokes, karena prokes kan kebiasaan, bagaimana membiasakan hidup sehat," ujar Taga.

Meski ditemukan kasus positif, Taga menilai di sekolah-sekolah tersebut belum bisa dinyatakan semuanya sebagai klaster penularan karena hanya ada satu sekolah yang terjadi penularan di sekolah, yakni di SDN Klender 03.

"Klaster hanya ada di SDN Klender. Itupun sudah ditelusuri dan tidak ada yang lain. Kami bersama Dinkes berdiskusi, jika terpapar satu orang dalam satu area dan tidak terjadi penularan itu belum dinyatakan klaster," katanya.

"Kami bukan menutupi tapi ini untuk menjaga bahwa psikologi masyarakat tidak negatif gitu," katanya.

Baca juga: Pemkot Jakbar pantau kesehatan guru yang terlibat PTM

Sebelumnya, Kemendikbud merilis data survei 25 klaster COVID-19 ditemukan di Jakarta yang berasal dari PTM. Dalam data yang diunggah di situs sekolah.data.kemdikbud.go.id, berdasarkan data survei per 22 September 2021, terdapat 25 klaster COVID-19 dari 897 responden sekolah yang mengisi survei.

Dari 25 klaster tersebut, Jakarta Barat menjadi wilayah dengan klaster terbanyak akibat PTM, yakni delapan klaster. Sementara itu, Jakarta Timur enam klaster, Jakarta Utara lima klaster, Jakarta Selatan lima klaster, dan satu klaster di Jakarta Pusat.

Total pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) yang tercatat positif COVID-19 mencapai 227 kasus. Sementara itu, siswa atau peserta didik yang terpapar dan berstatus positif COVID-19 ada 241 kasus.

Atas temuan tersebut, Taga menyebut pihaknya tidak bisa memberikan penjelasan karena survei tersebut dilakukan oleh Kemendikbud.

"Kami juga mengkonfirmasi ke 610 sekolah (yang sedang menjalankan PTM terbatas), tidak ada. Artinya yang kami tahu hanya ada itu enam sekolah ditemukan satu kasus positif dan satu sekolah ditemukan pelanggaran protokol kesehatan," kata Taga.
Baca juga: Ikhtiar mempercepat kembali belajar di sekolah

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021