Juba (ANTARA News) - Rakyat Sudan Sulatan pada Ahad tampak antusias menggunakan hak suara dalam referendum penentuan nasib wilayah itu.

Antusiasme itu terlihat dari suasana di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di Juba, ibu kota Sudan Selatan, antrian masih panjang kendati jam penutupannya pada pukul 17.00 waktu setempat sudah mendekat.

"Saya tetap antri, kalau ternyata jam penutupan sudah tiba, berarti besok pagi saya akan datang lagi," kata Rosa, kepada ANTARA di TPS Equatoria State, pusat kota Juba.

Ibu dua anak itu mengaku ia telah antri hampir dua jam untuk menggunakan hak pilihnya tersebut.

"Sudah lama kami menunggu momen penting ini," kata Rossa sambil memeluk bahu seorang teman perempuannya yang sama-sama antri untuk mencoblos.

Duta Besar RI untuk Sudan Dr. Sujatmiko yang juga berada di Juba untuk memimpin tim pengamat Indonesia bagi referendum tersebut merasakan kehangatan warga.

"Memang luar biasa. Sejak pagi hingga sore ini masyarakat berbondong-bondong mendatangi berbagai TPS untuk menggunakan hak suara mereka," kata Dubes Sujatmiko.

Indonesia dan sejumlah negara lainnya menjadi pengamat referendum Sudan selatan yang akan berlangsung selama satu pekan hingga 15 Januari 2011.

Referendum Sudan selatan merupakan pelaksanaan dari kesepakatan perjanjian perdamaian yang ditandatangani oleh Pemerintah Sudan dengan kelompok pemberontak separatis Sudan selatan, Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan (SPLM) pada tahun 2005.

Perjanjian perdamaian tersebut mengakhiri perang saudara yang berkecamuk di kawasan itu sejak tahun 1983.

Pemerintah Sudan dan para pemimpin Sudan selatan telah menyampaikan komitmen mereka untuk melaksanakan referendum yang lancar, tertib dan aman.

Kelancaran referendum itu telah menepis kekhawatiran sejumlah kalangan yang memperkirakan bahwa referendum tidak akan berjalan mulus.

Kepala Biro Unit Operasi Referendum Sudan Selatan, Dr, Acheir Deng, mengatakan pihaknya optimistis bahwa suasana tenang seperti pada hari pertama itu akan berlangsung hingga akhir hari terakhir referendum.

"Kmi optimistis dan yakin benar bahwa suasana tentang dan antusiasme di hari pertama ini akan terus berlangsung hingga hari terakhir tanggal 15 Januari nanti," katanya.

Seorang pegiat hak asasi manusia (HAM) dari Kanada, Mike Peterson, yang juga berada di Juba untuk mengamati jalannya referendum tersebut menilai, antusiasme rakyat Sudan Selatan untuk referendum karena mereka yakin bakal ada perbaikan taraf hidup.

"Masyarakat Sudan Selatan menganggap referendum ini merupakan perbaikan nasib mereka, jadi tak heran mereka antusias menggunakan hak suara," katanya.
(T.M043/K004)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2011