Hubungan antara kedua negara itu hingga kini masih terganjal, terutama oleh masalah Kashmir
New Delhi, (ANTARA News/Reuters) - Sekretaris kementerian luar negeri India Nirupama Rao mungkin akan bertemu dengan mitranya dari Pakistan di ibukota Bhutan bulan depan, kata kementerian luar negeri India, Minggu, ketika kedua negara bertetangga yang berkekuatan nuklir itu berusaha menghidupkan lagi proses perdamaian yang macet.
Pertemuan itu diperkirakan berlangsung di sela-sela pertemuan komite tetap Perhimpunan Kerja Sama Regional Asia Selatan (SAARC) di Thimphu pada 6-7 Februari, kata kementerian itu.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri India S.M. Krishna mengatakan, ia memperkirakan Menlu Pakistan Shah Mahmood Qureshi akan mengunjungi India pada Maret.
Perdana menteri, menteri dalam negeri dan menteri luar negeri dari kedua negara itu melakukan pertemuan tahun lalu, namun mereka gagal menghidupkan lagi proses perdamaian.
Hubungan antara kedua negara itu hingga kini masih terganjal, terutama oleh masalah Kashmir.
Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan.
Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.
Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.
Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.
New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.
New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.
India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.
Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.
India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011