"Tahun 2010 diwarnai oleh memburuknya kepatuhan pada hukum yang merupakan fondasi dari tertib sosial dan rasa saling percaya. Hukum seolah-olah ditampilkan sebagai garda terdepan untuk melayani keadilan," Presiden RI periode 2001-2004 itu dalam keterangan pers menyambut Tahun 2011 yang disampaikan di Jakarta, Minggu .
Wakil Presiden RI periode 1999-2001 itu menyatakan, begitu banyak kasus hukum yang dipamerkan.
"Penegakan hukum telah kehilangan martabat dan substansi keadilan, sehingga hukum lebih mudah ditegakkan pada rakyat jelata, namun tidak berdaya ketika menghadapi mafia pajak Gayus Tambunan, kejahatan perbankan, seperti kasus Bank Century serta pencurian kekayaan alam kita," katanya.
Hal inilah yang menjadi masalah pokok selama tahun 2010. Hukum justru takluk di telapak kaki kekuasaan,
Menurut presiden RI kelima itu, dalam situasi hukum yang seperti ini, maka metode street justice (hukum jalanan) marak berkembang.
"Kita menyaksikan betapa tahun 2010 ditandai oleh hadirnya kelompok dan individu yang merasa memiliki hak moral untuk bertindak atas nama hukum dan keadilan. Mereka membakar, mereka mengusir, mereka mengadili, bahkan ada yang terbunuh atas nama hukum, agama dan keadilan tanpa negara dapat berbuat banyak," katanya.
Tahun 2010 mengungkapkan tantangan dan keprihatinan yang tidak kalah gentingnya. Ada paradoks yang luar biasa terhadap prestasi perekonomian. Secara statistik, telah terjadi peningkatan prestasi makro ekonomi, namun di sisi lain, terdengar suara rintihan rakyat kelas bawah yang semakin terhimpit secara ekonomi dan tercampak secara sosial.
Menurut Megawati, tingkat kemiskinan terus bertahan, sementara angka pengangguran terus bertahta angkuh pada tingkat yang mencemaskan.
"Dalam perspektif ekonomi nampak sebuah kondisi yang secara ideologis berseberangan dengan cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kondisi ini merupakan lahan yang sangat subur bagi bersemainya benih-benih ketidakpuasan yang bisa berubah menjadi kekuatan yang mengancam persatuan bangsa," katanya.
Arah pembangunan dan pengelolaan ekonomi yang bertumpu pada mekanisme pasar telah membikin pemerintah lalai akan fungsi distribusi yang berkeadilan.
"Sudah saatnya kita canangkan kembali cita-cita kemakmuran yang berkeadilan sebagai skala prioritas tertinggi," kata Megawati.
Sebagai bangsa, kata Megawati, kualitas kepemimpinan Indonesia semakin tergerus oleh ketidakmampuan di dalam menentukan ke arah mana bangsa ini akan berlayar dan membangun harapan serta optimisme terhadap masa depan bangsa.
"Saya paham betul bahwa tantangan yang dihadapi bangsa ini tidak kecil, tidaklah ringan. Karena itulah diperlukan konsolidasi dan mobilisasi semua kekuatan kolektif kita sebagai bangsa untuk bergotong royong menjawab tantangan tersebut," katanya.
Konsolidasi itu, menurut dia, bukan soal bagi bagi kekuasaan. Tetapi, soal ideologi, soal masa depan bersama yang diidealkan, soal nation and character building (membangun karakter bangsa) dan soal keberpihakan kepada rakyat.
Untuk itu semua, Megawati mengemukakan, sebagai bangsa, harus berani memutar haluan dan mesti kembali mengukuhkan konsensus yang telah dicapai oleh para pendiri republik ini.
"Pegangan kita sebagai bangsa cukup sederhana, tapi sangat jelas yaitu Pancasila. Jalan ini mungkin tampak absurb bagi banyak orang," katanya.
Di fase pertarungan ideologis global saat ini, dia berkeyakinan bahwa kembali ke Pancasila adalah satu-satunya jalan yang tersisa bagi kita untuk bisa menapaki jalan menuju Indonesia yang kita cita-citakan.
Dengan empat pilar kehidupan berbangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bangsa Indonesia bisa melakukan evaluasi kembali, apakah kehidupan berbangsa dan bernegara telah sejalan dengan cita-cita proklamasi.
"Bukankah kita seharusnya gelisah, ketika demokrasi yang kita bangun ternyata hanya sekedar alat kekuasaan, bahkan alat barter politik kekuasaan?," kata Megawati.
Secara khusus, Megawati juga menyoroti kesetiaan dan berkobarnya harapan rakyat dalam peristiwa sepak bola Piala AFF yang baru saja berlalu.
"Semangat itulah yang juga harus ditunjukkan oleh generasi muda kita. Bagaimanapun juga kita memiliki pekerjaan besar untuk menyiapkan generasi penerus bangsa agar mereka semakin sadar terhadap sejarah,: katanya.
Ia menimpali, "Terpanggil oleh cita-cita para pendiri republik, memahami arah ideal atas cita-cita besar kemerdekaan Indonesia sebagai jembatan emas yang memakmurkan seluruh rakyat tanpa kecuali."
Indonesia mendambakan generasi penerus yang selalu setia untuk mengembleng diri dan dengan nasionalisme yang berkobar-kobar untuk tampil lebih baik.
"Sudah saatnya regenerasi bangsa ditempatkan secara ideal untuk melanjutkan kepemimpinan nasional di masa yang akan datang agar kembali jayalah Republik Indonesia yang kita cintai ini," kata Megawati
(T.S023/A011/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011