Jakarta (ANTARA News) - Penerima Nobel Perdamaian 2007, Al Gore, mengharapkan lebih banyak orang di Asia Pasifik, terutama di Indonesia, yang menyosialisasikan tentang perubahan iklim dan penanganannya kepada masyarakat luas.
"Pendidikan mengenai perubahan iklim adalah hal yang sangat penting bagi masyarakat di wilayah Asia Pasifik. Banyak orang yang harus menghadapi risiko yang sangat tinggi sehingga harus meninggalkan tempat mereka tinggal dalam beberapa dekade mendatang," kata mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) itu di Jakarta, Minggu.
Ia megemukakan, The Climate Project Presenter diharapkan mampu membantu memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat untuk mengambil peran aktif di komunitas mereka masing-masing dalam mencari solusi bagi krisis perubahan iklim.
Hal tersebut dikemukakan Al Gore kepada 350 relawan The Climate Project (TCP) yang lebih dikenal sebagai presenter TCP dari 21 negara dalam "The Climate Project Asia Pacific Summit" yang berlangsung di Balai Sidang Senayan, Jakarta, pada 8 - 10 Januari 2011.
Pemenang Oscar melalui filmnya "An Inconvenient Truth" itu menyampaikan presentasi slide mengenai perubahan iklim, bencana
alam terkait perubahan iklim dan data terakhir dalam pertemuan yang dilakukan pertama kalo di Asia Pasifik, khususnya di Indonesia.
Presiden sekaligus CEO dari Alliance for Climate Protection, Maggie L. Fox, mengatakan bahwa 350 Presenter tersebut bakal dilatih dengan kiat-kiat bagaimana mengurangi polusi serta transisi menuju solusi energi bersih.
"Para relawan yang mengikuti pelatihan ini akan kembali ke komunitas mereka dan memimpin upaya menanggulangi perubahan iklim," katanya.
Dia mengatakan saat ini ada 3.600 presenter dari 56 negara, yang 900 di antaranya berasal dari Asia Pasifik yang telah dilatih langsung oleh Al Gore.
Mereka telah memberikan 1733 presentasi perubahan iklim, dan mencakup 119,000 orang peserta presentasi.
Satu dari 75 orang Australia telah melihat presentasi yang diberikan oleh salah satu dari 330 presenter yang tersebar di Australia.
Setiap lima menit, ada satu orang di wilayah Asia Pasifik yang melihat presentasi dari The Climate Project.
"Kepemimpinan politik penting, dan akan senantiasa penting, namun kerja sama dari berbagai lapisan masyarakat, baik di wilayah Asia Pasifik maupun di seluruh dunia, yang akan membuat perubahan dan mengantar kita menuju solusi," kata Maggie..
Manager The Climate Project-Indonesia, Amanda Katili Niode, berharap pertemuan puncak tersebut mampu mendorong dialog mengenai solusi krisis perubahan iklim dengan mempertimbangkan nilai-nilai tradisional seiring dengan teknologi modern.
Ada 71 presenter dari Indonesia yang berasal dari beragam profesi seperti birokrat, akademisi, pegawai swasta, rohaniwan sampai dengan pesohor.
TCP-Indonesia, yang bertindak sebagai co-organizer Pertemuan Puncak, secara aktif menyuarakan isu-isu perubahan iklim ke masyarakat sejak didirikan tahun 2009.
Dalam pertemuan tersebut, Dr. Henry Pollack, Profesor Geofisika dari University of Michigan, akan berperan sebagai penasehat Sains TCP.
Buku terbaru dari Dr. Pollack, "A World Without Ice", dipertimbangkan sebagai pemenang The Royal Society Prize untuk kategori Science Books pada tahun 2010.
Para peserta pelatihan juga akan mendapat bekal dari Asisten Khusus Presiden RI untuk isu-isu perubahan Iklim, Agus Purnomo .
Tugas utama Agus Purnomo adalah untuk memberikan masukan terbaru kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai perkembangan perundingan perubahan iklim, dan memberikan acuan dalam menangani isu perubahan iklim.
(T.N006/A011/P003)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011