Mataram (ANTARA News) - Kepala Badan Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Barat Husnanidity Nurdin menilai cuaca ekstrem yang terjadi saat ini bisa menimbulkan kerentanan pangan akibat menurunnya produksi.

"Cuaca ekstrem bisa menyebabkan meningkatnya serangan hama dan penyakit pada tanaman pangan. Kalau sudah kondisi seperti itu, bisa terjadi puso atau gagal panen dan itu bisa mempengaruhi produksi pangan," katanya di sela kegiatan rapat koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Barat (NTB) di Mataram, Sabtu.

Oleh sebab itu, kata dia, pihaknya bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebarkan informasi mengenai kondisi cuaca selama satu bulan kepada para petani.

Informasi cuaca dari BMKG tersebut akan disebarkan oleh para penyuluh yang ada di BKP NTB agar para petani bisa menyesuaikan jenis tanaman yang cocok diusahakan pada kondisi cuaca yang tidak menentu.

Ia menilai para petani cenderung akan terus menanam padi pada saat curah hujan tinggi seperti sekarang ini. Namun, disisi lain, curah hujan yang tinggi bisa menimbulkan dampak negatif seperti serangan hama dan penyakit serta bencana alam seperti banjir.

"Petani tidak bisa mengubah pola tanam mereka pada saat musim hujan. Sebagian besar akan menanam padi. Tidak mungkin mereka akan menanam jagung atau kacang karena beresiko gagal panen," ujarnya.

Upaya lain dalam mengamankan ketersediaan pangan, kata Husnanidiaty adalah mengoptimalkan pemanfaatan sau juta hektare lebih lahan kering yang ada di NTB untuk ditanami tanaman pangan nonpadi, seperti umbi-umbian, jagung dan kacang-kacangan.

Kondisi lahan kering yang rata-rata curah hujannya tidak seperti di lahan basah sangat memungkinkan untuk menjadi daerah penghasil pangan nonberas.

"Petani di lahan kering bisa digerakkan untuk mengubah pola konsumsi pangan mereka dari yang dulunya beras menjadi nonberas. Mereka sangat potensial mengingat daerahnya tidak selalu bisa ditanami padi karena keterbatasan air," ujarnya.

Husnanidiaty mengaku juga memberikan bantuan dana penguatan cadangan pangan kepada sejumlah gabungan kelompok tani (gapoktan) di NTB. Bantuan tersebut disalurkan dalam program desa mandiri pangan, lembaga usaha ekonomi pedesaan dan pembangunan lumbung pangan masyarakat.

"Bantuan dana penguatan cadangan pangan di wilayah pedesaan tersebut bersumber dari APBN dan APBD," katanya.

(ANT/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011