Medan (ANTARA News) - Sebagian rumah di Medan masih terendam air pascameluapnya Sungai Deli dan Sungai Babura, Kamis (6/1) dini hari, meski ketinggian air kedua sungai yang melintasi kota tersebut kini sudah mulai surut.
Wartawan ANTARA di Medan, Jumat, melaporkan, rimah-rumah yang masih terendam misalnya di Kelurahan Titi Papan, Kecamatan Medan Deli. Beberapa warga juga masih terus berupaya menguras air yang menggenangi rumah mereka.
Zailani (38), salah seorang warga mengatakan, ia sudah mulai menguras air yang menggenangi rumahnya sejak Jumat pagi. Namun karena debit air yang cukup tinggi, hingga sore hari ia baru benar-benar bisa mengeringkan rumahnya.
"Ini tinggal membersihkan sisa-sia lumpurnya saja," katanya.
Kondisi yang sama juga terlihat di kantor Unit Patroli Satuan Lalu Lintas Resor Pelabuhan Belawan. Pompa air juga digunakan untuk menguras air yang menggenangi kantor tersebut.
Beberapa posko dan dapur umum yang didirikan di kelurahan itu juga terlihat sudah mulai kosong ditinggalkan para pengungsi, meski masih tetap difungsikan mengingat masyarakat yang terkena musibah belum dapat menggunakan peralatan dapurnya.
"Sebagian memang sudah kembali untuk membersihkan rumah dari sisa-sisa banjir, namun untuk makan siang mereka masih tetap kembali kemari karena berbagai peralatan dapur mereka masih belum bisa dipergunakan," kata Hanum, salah seorang relawan yang bertugas di dapur umum.
Meski Sungai Deli dan Sungai Babura sudah mulai surut, namun sebagian warga masih mengkhawatirkan akan terjadinya banjir susulan, mengingat curah hujan yang masih tinggi di daerah pegunungan yang merupakan di hulu kedua sungai tersebut.
"Kami masih belum begitu tenang, takutnya air sungai naik lagi karena yang kami dengar di Tanah Karo hujan masih cukup sering terjadi. Takutnya banjir kiriman terjadi lagi seperti kemarin, makanya kami tetap waspada," kata Muklis, warga Medan lainnya.
Kekhawatiran Muklis cukup berasalan, mengingat sebelumnya BMKG Cabang Polonia Medan menginformasikan kemungkinan kembali meluapnya Sungai Deli dan Babura masih ada karena masih tingginya intensitas curah hujan di daerah pegunungan.
Tingginya curah hujan terjadi karena adanya gangguan cuaca di Selat Malaka yang membuat awan konfeksi menjadi aktif dan curah hujan disertai petir.(*)
(T.KR-JRD/R014/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011