"Kita sedang menggerakkan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak, sehingga kita pastikan indikatornya adalah bagaimana keterlibatan lansia dalam pembangunan desa," ujar Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan, Kementerian Pemerdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Valentina Ginting dalam Konferensi Nasional Perlindungan Lansia yang diikuti secara daring dari Jakarta, Rabu.
Baca juga: KPI dan KPPPA bentuk rencana aksi siaran ramah anak dan perempuan
Valentina juga mengatakan partisipasi dalam hal ini juga termasuk pemenuhan literasi digital bagi kebutuhan lansia. Pendekatannya sama persis dengan partisipasi anak, karena kebutuhan lansia terkadang tidak terpikirkan pada umumnya.
"Di tingkat nasional Kemen-PPA sudah melakukan program literasi, artinya bagaiman memberdayakan kelompok lansia sehingga bisa aktif dan tidak membatasi ruang gerak mereka dengan literasi digital di zaman pandemi dengan kementerian/lembaga lain. Sehingga informasi digital sangat dibutuhkan, agar mereka menyatu," ujar dia.
Baca juga: KPI dan KPPPA teken MoU perlindungan perempuan dan anak pada penyiaran
Adapun tahun 2010, Kemen-PPPA telah membuat permodelan perlindungan lanjut usia responsif gender, sehingga desa ramah lansia. Hal itu yang akan diimplementasikan lebih lanjut dalam DRPPA.
Selain itu, Kemen-PPPA mendukung program mulai dari keluarga, bagaimana memastikan keluarga untuk internalisasi dengan kelompok usia lanjut.
Baca juga: Desa RPPA contoh pembangunan berbasis pemenuhan hak perempuan dan anak
Hal tersebut guna mengurangi kasus kekerasan pada lansia, kemiskinan, dan memastikan pemberdayaan mereka di dalam masyarakat.
"Kami Kemen-PPPA dalam hal ini sangat setuju dengan apa yang disampaikan bahwa lansia harus sejahtera, mandiri dan bermartabat," ujar dia.
Baca juga: Yogyakarta susun indikator kota ramah lansia
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021