Pagaralam (ANTARA News) - Warga Dusun Tanjung Taring, Kelurahan Burungdinang, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, menelaah gua batu berupa satu ruangan setinggi 20 meter, lebar dua meter dan kedalaman 15 meter.

Lokasi  gua yang berada di daerah tebing terjal dan hutan rimba serta perkebunan itu pada Kamis terlihat hanya memiliki satu pintu masuk, dan di sekitar batu tersebut tercium bau kapur barus.

Kondisi ruangan sudah menyempit, dan sejumlah penduduk menduga akibat tertimbun longsoran tanah, serta dinding gua sudah berlumut penuh semak belukar.

Gua batu tersebut berada di hutan belukar di pinggir kebun milik Sauri (45), warga setempat, berjarak sekitar dua kilometer dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam atau sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Pagaralam, kata Ketua RT 02 RW 03 Dusun Tanjungtaring, Anharudin.

Dia menyatakan, tempat penemuan gua batu itu berupa perkebunan kopi, dan selama ini oleh warga daerah setempat lebih mengenal lokasi tersebut dengan "gue batu betangkup".

Kawasan gua tersebut dahulunya cukup rapi, dan ada sejumlah pihak yang mengaku bahwa semua ruangan masih dapat dimasuki hingga ke dalam sejauh 20 meter, katanya.

"Di sekitar gua ini cukup banyak bebatuan cadas dan hutan rimba yang masih alami, sehingga tidak banyak didatangi wisatawan maupun penduduk setempat," kata dia lagi.

Ia menuturkan, gua itu menurut cerita sesepuh daerah tersebut pernah dihuni manusia purba untuk tempat tinggal, namun akibat perubahan alam dan kurang terawat kondisinya menjadi rusak.

"Namun, untuk mengetahui dengan jelas apa isi dan kondisi ruangan dibutukan orang yang ahli, karena kami tidak berani masuk ke dalam ruangan gua itu, selain sebagain sudah tertimbun tanah dan suasana di pintu gua juga sudah menimbulkan bau kapur barus yang menyengat," ujar dia.

Kalau melihat kondisi fisik batu, kata dia lagi, bebatuan yang ada di perbukitan ini tidak mungkin gua tersebut terjadi dengan sendirinya akibat faktor alam. Selain semua pintu masuk cukup rapi, pada lantai untuk masuk ke ruangan terbuka lebar.

"Sebetulnya di daerah ini cukup banyak peninggalan sejarah puyang atau nenek moyang dahulu, tapi karena warga tidak mengerti sehingga dibiarkan dan hanya menjadi cerita unik setiap ada pertemuan. Baru setelah diungkap lewat media massa ternyata memiliki nilai sejarah cukup tinggi. Namun, untuk mengungkap apa yang sebenarnya pernah terjadi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut," kata Anharudin lagi.

Peneliti Balai Arkeologi Palembang, Kristantina Indriastuti, mengatakan penemuan itu cukup luar biasa dan menghebohkan, karena selama ini hunian masa paleolitic hanya ada di daerah Kecamatan Kikim, Lahat, dan temuan Zaman Mesolitic ada pada gua di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).

"Secara sepintas karena lantai gua kering kemungkinan bisa digunakan untuk hunian, namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, untuk menemukan lapisan budaya adanya aktivitas pendukung manusia yang hidup di gua tersebut pada masa lalu," katanya.

Ia menambahkan, aktivitas tersebut, seperti sisa-sisa arang, subsistensi makanan, aktivitas penguburan, aktivitas perbengkelan, pembuatan alat batu, dan peralatan manusia berupa alat-alat lithic, termasuk peralatan berupa kapak-kapak batu, serpih, dan serut.
(T.B014/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011