Los Angeles (ANTARA News) - Petugas bea-cukai AS, Rabu (5/1), mengatakan mereka telah menemukan kumbang yang dipandang sebagai salah satu hama pertanian yang paling berbahaya di dunia dalam satu barang kiriman berupa beras yang tiba di Bandar Udara Internasional Los Angeles.
Para ahli pertanian di U.S. Customs and Border Protection menemukan satu kumbang dewasa "khapra", delapan larva dan satu rontokan kulit kumbang di dalam barang kiriman berupa beras India dari Arab Saudi pekan lalu, kata jurubicara Jaime Ruiz, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Kumbang "khapra" (Trogoderma granarium), yang berasal dari India dan saat ini tak ada di Amerika Serikat, dipandang sebagai salah satu hama paling merusak bagi benih dan produk gandum.
"(Hewan) itu menjadi wabah bagi beberapa negara dan alasan mengapa binatang tersebut sangat berbahaya ialah lingkaran hidupnya sangat lama dan hewan itu menyerang semua jenis gandum," kata Naveeda Mirza, Manager Program Pertanian bagi U.S. Customs and Border Protection.
"(Hewan) itu memiliki beberapa tahap tidak aktif. Kumbang tersebut bisa tak aktif dalam waktu cukup lama dan kemudian menjadi aktif lagi. Sangat sulit sekali untuk membebaskan diri dari hewan itu dan itu sebabnya mengapa hewan tersebut sangat berbahaya," kata Mirza. "Hewan itu adalah salah satu dari 10 hama paling berbahaya yang bukan berasal dari sini."
Kumbang "khapra" juga dapat bertahan hidup untuk waktu lama tanpa makanan dan kebal terhadap insektisida serta disinfektan.
Beras tersebut ditemukan di satu kotak makanan dan barang pribadi yang dikirim dari seseorang ke orang lain, kata Mirza.
Barang kiriman itu segera dikarantinakan dan dijaga lalu dimusnahkan di bawah pengawasan U.S. Customs and Border Patrol.
Menurut jejaring U.S. Department of Agriculture, pada 1953, perkembang-biakan luas kumbang "khapra" terjadi di California, sehingga menyulut upaya besar pemusnahan.
Maret tahun lalu, para pejabat dari Customs and Border Protection di Detroit menemukan satu kumbang "khapra" di dalam barang kiriman berupa ubin dari China.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011