Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Jakarta Rabu mengatakan, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada tahun 2011 diprakirakan masih akan mencatat surplus yang relatif besar, meskipun lebih rendah dibandingkan surplus pada tahun 2010.
"Ekspor tetap tumbuh tinggi namun impor tumbuh lebih cepat sejalan dengan kuatnya permintaan domestik sehingga surplus Neraca Transaksi Berjalan diprakirakan lebih rendah.
Di sisi lain, Neraca Transaksi Modal dan Finansial (TMF) diprakirakan masih akan mencatat surplus cukup tinggi, didorong besarnya aliran modal masuk baik dalam bentuk investasi portofolio maupun investasi langsung (PMA)," kata Darmin Nasution .
Dikatakannya, momentum pemulihan ekonomi global kembali meningkat meskipun masih dibayangi oleh risiko krisis utang di Eropa. Meski begitu, ditengah masih lemahnya pemulihan ekonomi di negara maju, kinerja ekonomi negara emerging markets tetap menunjukkan peningkatan.
Selain itu, harga komoditas global terus menunjukkan peningkatan, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor supply-demand tetapi juga didorong oleh beralihnya investasi ke pasar komoditas akibat pelemahan dolar AS dan rendahnya imbal hasil di negara maju.
Sejauh ini, respon kebijakan bank sentral negara-negara maju masih cenderung mempertahankan suku bunga pada level yang relatif rendah. Sementara itu, beberapa negara emerging markets telah meningkatkan suku bunga kebijakannya yang disertai kebijakan untuk mengelola capital inflows dan menstabilkan pergerakan nilai tukar.
Ditengah kondisi ekonomi dan keuangan global yang masih diliputi ketidakpastian tersebut, Dewan Gubernur Bank Indonesia meyakini perekonomian Indonesia pada 2010 dapat tumbuh sekitar enam persen.
Capaian ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 yang diperkirakan mencapai 6,1 persen, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh kuatnya permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga dan investasi. Peningkatan ekonomi Indonesia juga didukung oleh kinerja sisi eksternal yang cukup solid.
Untuk keseluruhan 2010, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus yang cukup besar didukung oleh masih kuatnya aliran masuk modal asing khususnya investasi langsung (PMA) dan investasi portofolio.
"Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa sampai dengan akhir Desember 2010 tercatat sebesar 96,2 miliar dolar AS atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," katanya.
Sejalan dengan kuatnya kinerja eksternal ekonomi Indonesia tersebut, nilai tukar rupiah mencatat apresiasi disertai tingkat volatilitas yang cukup rendah. Secara point-to-point Rupiah menguat 4,4 persen (ytd) menjadi Rp9.010 per dolar AS disertai volatilitas yang menurun.
Kebijakan pengelolaan capital inflows dan stabilitas nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia melalui intervensi valas dan akumulasi cadangan devisa mendorong ekspektasi positif terhadap perekonomian domestik.
Secara relatif, penguatan Rupiah lebih rendah dari apresiasi nilai tukar negara di kawasan, sehingga daya saing Indonesia masih cukup kompetitif.
(D012/A011/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011