Erick: Pabrik HMS 2 Krakatau Steel buat industri baja lebih kompetitif

Terima kasih atas dukungan, arahan dan kepercayaan dari Bapak Presiden RI Joko Widodo terhadap transformasi yang dilakukan Kementerian BUMN

Jakarta (ANTARA) - Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan pabrik hot strip mill (HSM) 2 milik PT Krakatau Steel (Persero) Tbk akan mendorong industri baja nasional lebih optimal dan kompetitif di pasar internasional.

"Berdirinya HSM 2 ini sejalan dengan visi Bapak Presiden RI Joko Widodo, untuk mendorong agar produksi baja kita lebih optimal dan kompetitif di pasar internasional," ujar Erick, dikutip dari akun resmi Instagramnya @erickthohir di Jakarta, Selasa.

Menurut Menteri BUMN, pabrik dengan teknologi modern ini sebagai bukti proses transformasi BUMN dapat diadopsi dengan baik Krakatau Steel.

"Terima kasih atas dukungan, arahan dan kepercayaan dari Bapak Presiden RI Joko Widodo terhadap transformasi yang dilakukan Kementerian BUMN. Ini tidak dapat terwujud tanpa kolaborasi dari berbagai pihak, baik lintas kementerian, lintas institusi, maupun dari pemda setempat. Kami berkomitmen untuk terus bertransformasi, demi mencapai Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh, dan Indonesia Maju," katanya.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan PTPN dan Krakatau Steel menjadi bukti nyata kesuksesan perubahan yang dilakukan BUMN.

Ia mengatakan bahwa pada triwulan kedua 2021, pada Juni lalu, PTPN mencatat kenaikan pendapatan 37 persen dan membukukan laba Rp1,4 triliun dari yang diprediksi rugi Rp1,2 triliun dalam anggarannya.

Krakatau Steel sesuai dengan restrukturisasi memang harus melakukan tiga tahapan, dan sudah mencapai tahap 1 dan 2. BUMN yang sebelumnya rugi selama delapan tahun terakhir, sekarang sudah untung Rp800 miliar, tetapi Menteri BUMN meminta manajemen tidak berpuas diri dan kinerja yang baik itu terus ditingkatkan.

Di samping transformasi, Kementerian BUMN juga merestrukturisasi beberapa BUMN strategis.

Restrukturisasi PTPN dan Krakatau Steel telah membalikkan kondisi perusahaan dari rugi menjadi untung, dari perusahaan konvensional menjadi modern, dan bahkan mampu menekan impor, serta memperkuat ketahanan bangsa.