"Peluang tersebut terjadi karena masih tingginya pemanasan lokal di sejumlah daerah sehingga pembentukan awan Cumulonimbus (Cb) yang mengakibatkan angin puting beliung sangat tinggi," kata analis cuaca Stasiun Meteorologi Cilacap, Teguh Wardoyo, di Cilacap, Rabu.
Menurut dia, hal itu disebabkan adanya daerah pusat tekanan rendah yang baru muncul di Samudera Hindia barat daya Jawa Barat.
Terkait hal itu, dia mengatakan, pihaknya terus mengamati perkembangan daerah pusat tekanan rendah tersebut terhadap kemungkinan menjadi bibit badai dalam tiga hingga tiga hari ke depan.
"Daerah pusat tekanan rendah tersebut baru muncul hari ini, sedangkan yang berada di Samudera Hindia barat daya Sumatra mulai melemah sejak kemarin (Selasa, red.) dan di utara Australia telah menghilang sejak Senin (3/1)," katanya menambahkan.
Oleh karena itu, kata dia, curah hujan di wilayah Jateng selatan diprakirakan akan berada di atas normal meskipun secara umum kondisi cuaca berawan sebagian hingga berawan banyak dan berpeluang terjadi hujan ringan hingga sedang yang kadang disertai petir pada sore hingga malam hari.
Sementara di wilayah perairan selatan Jawa, lanjutnya, keberadaan daerah pusat tekanan rendah tersebut dapat memengaruhi tinggi gelombang meskipun saat ini berada pada kisaran 0,7 hingga 3 meter setelah sempat mencapai kisaran 1 sampai 4,5 meter akibat tekanan rendah di Samudera Hindia barat daya Sumatra dan di utara Australia.
"Jika daerah tekanan rendah yang baru muncul ini semakin menguat, kemungkinan tinggi gelombang akan kembali mengalami peningkatan dan curah hujan pun akan semakin tinggi. Oleh karena itu, kami akan terus memantau perkembangan daerah pusat tekanan rendah tersebut dalam kurun tiga hingga empat hari ke depan," katanya menegaskan.
(KR-SMT/A035/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011