Jakarta (ANTARA News) - Jika kamu mau tahu berapa lama lagi usia kakekmu, perhatikan caranya melangkah!
Satu laporan yang disiarkan Rabu (6/1) di Journal of the American Medical Association mendapati hubungan erat antara kecepatan berjalan dan kemungkinan angka penyintasan orang yang berusia 65 tahun ke atas.
Analisi dari sembilan studi antara 1986 dan 2000 memperlihatkan langkah yang lebih cepat di kalangan orang dewasa yang berusia lanjut berkaitan dengan peningkatan lamanya kelangsungan hidup mereka.
Rata-rata kecepatan langkah 34.485 peserta adalah 0,92 meter (tiga kaki) per detik. Tapi para peneliti University of Pittsburgh, yang menganalisis selama masa enam sampai 21 tahun, mendapati orang yang melangkat lebih cepat hidup lebih lama.
"Berjalan memerlukan energi, pengendalian gerak, dan dukungan serta menempatkan tuntutan pada banyak sistem organ, termasuk jantung, paru-paru, sirkulasi darah, urat syaraf dan sistem otot dan tulang," tulis para peneliti tersebut sebagaimana dikutip AFP.
"Gaya berjalan yang lambat mungkin mencerminkan sistem yang rusak dan tingginya energi yang dikeluarkan saat berjalan," katanya.
Di dalam semua studi tersebut, para peserta diharuskan berjalan dengan langkah biasa mereka dan sejak awal mereka berjalan. Jarak yang ditempuh peserta beragam mulai dari delapan kaki (2,4 meter) sampai enam meter (19 kaki).
"Ramalan tahun sisa hidup buat masing-masing gender dan usia meningkat saat kecepatan bertambah," kata para peneliti tersebut.
"Kecepatan langkah 1 meter (3,3 kaki) per detik atau lebih terus-menerus memperlihatkan penyintasan yang lebih lama daripada perkiraan berdasarkan usia dan jenis kelamin saja. Di dalam populasi orang dewasa yang lebih tua ini, hubungan kecepatan langkah dengan sisa tahun kehidupan sesuai dengan semua kelompok usia," katanya.
Para peneliti tersebut mendapati kecepatan langkah berkaitan dengan perbedaan kemungkinan kelangsungan hidup pada semua usia dari kedua jenis kelamin, tapi sangat jelas setelah orang berusia 75 tahun.
"Data yang disediakan di sini dimaksudkan untuk membantu petugas klinik, penyelidik, dan perencana sistem kesehatan yang berusaha memperoleh petunjuk sederhana mengenai kesehatan dan kelangsungan hidup pada orang dewasa yang lebih tua," kata para peneliti yang dipimpin Stephanie Studenski dari Pittsburgh.
"Kecepatan langkah memiliki potensi untuk diterapkan dalam praktek, dengan menggunakan `stop watch` dan jalur sepanjang empat meter (13 kaki) ... kecepatan langkah mungkin sederhana dan menjadi petunjuk yang dapat diterima mengenai kesehatan orang yang berusia lanjut," katanya.
Di dalam tajuk yang menyertai laporan tersebut, Matteo Cessari dari Universita Campur Bio-Medico, Roma, mengatakan karena tak ada bukti yang secara tegas mendukung dugaan bahwa peningkatan kecepatan langkah berkaitan dengan hasil lebih baik yang berkaitan dengan kesehatan, kecepatan langkah tak perlu dipertimbangkan sebagai sasaran utama bagi campur tangan saat ini.
"Itu mewakili penanda global mengenai status kesehatan, dan hasil optimal sekunder serta pelengkap guna mendukung temuan penelitian, keputusan klinis, atau keduanya dengan tujuan mengubah tujuan yang lebih fragmatis," tulis Cessari sebagaimana dikutip AFP.
"Penelitian masa depan akan diperlukan guna memastikan apakah kecepatan langkah memiliki potensi untuk mengubah cara seorang pasien ditetapkan sebagai ilmu kedokteran mengenai orang yang berusia lanjut," katanya.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011