Gorontalo (ANTARA News) - Musik lingkungan yang bersumber dari bebunyian di sekitar dapat diolah sedemikian rupa untuk mengatasi "polusi bunyi". Hal ini dikemukakan oleh Trubus Semiaji, Etnomusikolog dari Universitas Negeri Gorontalo, Senin.
Musik lingkungan, atau yang dikenal dengan istilah "soundscape", jelasnya, membahas bagaimana suara-suara itu mengambil bagian dalam konteks suara dalam suatu lingkungan.
Persoalan soundscape di Indonesia juga belum banyak dibahas atau diperhatikan, padahal menurutnya ini penting untuk perkembangan musik ke depan.
Dia mengatakan, istilah ini muncul sekitar tahun 1993 dengan tokohnya Murray Schafer seorang komponis Kanada.
"Untuk mendapatkan gambaran soundscape mari kita membayangkan suara lingkungan di tepi pantai ,akan terdengar suara antara lain bunyi-bunyian dari sebuah kafe, suara kendaraan yang lewat, suara ombak, suara-suara kapal," kata dia.
Soundscape bermaksud menekankan pemandangan bermacam-macam suara untuk telinga yang belum dikaji secara khusus lebih mendalam sampai sekarang.
Batasannya tidak hanya membahas suara luar saja, akan tetapi lebih penting juga ketika kita mendengarkan suara dari diri kita sendiri yaitu suara-suara imajinasi, suara ingatan, dan suara yang lain.
"Objek soundscape meliput semua suara-suara dan bunyi di dunia ini, belajar soundscape berarti cara belajar mendengarkan suara dengan baik," kata dia.(*)
(T.KR-SHS/M031/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011