Jakarta (ANTARA News) - Makin banyak anak kecil yang tampil dan memberitahu pejabat sekolah, dokter serta polisi ketika mereka dijadikan sasaran aksi kejahatan dan pelecehan, kata beberapa peneliti AS, Senin (3/1).
Survei telefon atas lebih dari 4.500 remaja dan anak di AS yang dilakukan pada 2008 mendapati bahwa hampir separuh dari mereka yang mengalami kekerasan, pelecehan atau aksi kejahatan memberitahu seseorang di sekolah, polisi atau doter atau perawat.
Pada 1992, hanya ditemukan 25 persen kasus serupa dalam satu studi yang dilakukan saat itu, kata David Finkelhor dari University of New Hampshire dan rekannya di Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine.
Tim Finkelhor mewawancarai orang-tua yang memiliki anak yang berusia 10 sampai 17 tahun yang mendapat persetujuan orang-tua bagi studi tersebut.
Mereka mengajukan pertanyaan tentang lima jenis perbuatan: kejahatan konvensional; perlakuan kasar, seperti serangan fisik atau ancaman; pelecehan oleh teman sebaya atau saudara; pelecehan seksual; dan pajanan tak langsung terhadap aksi kekerasan seperti menyaksikan pelecehan.
Lebih dari 58 persen anak dan remaja mengatakan mereka telah menjadi korban secara pribadi paling tidak satu kali pada masa lalu. Tindakan yang mereka alami meliputi tindakan kasar tapi tak melibatkan menyaksikan aksi kejahatan, seperti kekerasan dalam rumah tangga.
Hampir 46 persen mengatakan mereka telah memberitahu pihak berwenang mengenai korban pelecehan. Itu sangat benar berkaitan dalam hal masalah yang lebih serius.
Misalnya, pihak berwenang telah diberitahu sebanyak 69 persen kasus pelecehan seksual oleh orang dewasa yang dikenal.
Tapi anak-anak juga berbicara mengenai masalah lain. Sebanyak 51,5 persen memberitahu seseorang mengenai gangguan emosi, 48 persen memberitahu orang lain mereka diabaikan dan 47 persen memberi pihak berwenang mengenai pencurian.
Sebagian besar waktu itu --42 persen kasus-- anak-anak memberitahu seseorang di sekolah. Polisi diberitahu mengenai 12,7 kasus dan pihak medis diberitahu mengenai 1,8 persen.
Hasil itu "dapat difahami mengingat berapa banyak waktu yang dihabiskan anak dan remaja di sekolah dan berinteraksi dengan petugas profesional sekolah", tulis para peneliti tersebut, sebagaimana dikutip kantor berita Inggris, Reuters.
Temuan itu merupakan peningkatan dan menunjukkan bertahun-tahun upaya kesadaran masyarakat yang mengarahkan anak-anak agar memberitahu seseorang tentang aksi kejahatan dan pelecehan yang telah terjadi.
Namun, temuan tersebut juga menunjukkan bahwa banyak anak masih menjadi korban pelecehan, aksi kekerasan dan diabaikan.
"Sebanyak 58,3 persen anak dan remaja di dalam sampel studi melaporkan satu peristiwa yang membuat jadi korban langsung dalam satu tahun belakangan. Mereka berbicara mengenai kekejaman yang dialami oleh anak-anak dan remaja di dalam masyarakat," tulis Drs. Andrea Gottsegen Asnes dan John Leventhal di Yale University School of Medicine di Connecticut di dalam komentar di jurnal yang sama.
Mereka mengatakan pengakuan masalah dan campur-tangan pada layanan kesehatan mental mungkin mencegah sebagian anak ini menderita konsekuensi kesehatan jangka panjang akibat pelecehan yang mereka alami.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011