Selama ini kita bingung, bagaimana membangkitkan literasi dan kaitannya dengan sejarah

Jakarta (ANTARA) - Produser dari Titimangsa Foundation Happy Salma mengatakan seri monolog “Di Tepi Sejarah” merupakan upaya untuk mendekatkan serta melatih muda generasi muda dengan literasi.

“Tantangan sekarang menurut saya adalah hoaks. Itu bisa ditelan siapa saja yang tidak memiliki kecakapan literasi yang baik,” ujar Happy Salma dalam taklimat media yang dipantau di Jakarta, Senin.

Dia menambahkan seri monolog tersebut bukan hanya ruang kolaborasi, tetapi juga upaya untuk menangkal hoaks dan melatih serta mendekatkan generasi muda pada literasi.

Seri Monolog “Di Tepi Sejarah” itu diprakarsai oleh Happy Salma dan Yulia Evina Bhara selaku produser dari Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media. Pentas itu juga merupakan kerja bersama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru Kemendikbudristek.

Seri monolog tersebut tayang di kanal Youtube Budaya Saya pada 18 hingga 25 Agustus 2021. Seri monolog itu mengangkat empat judul, yakni “Nusa Yang Hilang”, “Radio Ibu”, “Sepinya Sepi”, dan “Amir, Akhir Sebuah Syair”, yang keempatnya mewakili keanekaragaman wilayah dan melibatkan orang-orang di seluruh pelosok Indonesia.

Baca juga: Seri monolog "Di Tepi Sejarah" disiarkan di kanal budaya Indonesiana

Seri Monolog “Di Tepi Sejarah” seri monolog hasil kolaborasi terbaru Kemendikbudristek, Titimangsa Foundation, dan KawanKawan Media yang menceritakan tentang tokoh-tokoh di tepian sejarah. Mereka yang mungkin tak pernah disebut namanya dan tak begitu disadari kehadirannya dalam narasi besar sejarah bangsa Indonesia. Meski begitu, justru mereka seringkali adalah orang-orang yang berada di pusaran sejarah utama dan menjadi saksi peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Indonesia.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, mengatakan seri monolog tersebut merupakan solusi dalam upaya peningkatan literasi dan sejarah.

“Selama ini kita bingung, bagaimana membangkitkan literasi dan kaitannya dengan sejarah. Melalui seri monolog ini, masyarakat bisa melakukan literasi dan juga belajar sejarah,” kata dia.

Seri monolog tersebut akan ditayangkan di kanal budaya Indonesia. Kanal Indonesiana merupakan kanal media khusus budaya yang diinisiasi oleh Kemendikbudristek. Kanal media itu untuk mewadahi, mengintegrasikan, serta mempromosikan karya dan ekspresi budaya masyarakat Indonesia. Kanal budaya Indonesiana hadir karena belum adanya media resmi dari Indonesia yang menjadi wadah diplomasi budaya secara internasional.

Kanal Indonesiana dapat diakses melalui siaran televisi jaringan Indihome saluran 200 (SD) dan 916 (HD) atau laman https://www.useetv.com/livetv/indonesiana atau indonesiana.tv.

Baca juga: Suarahgaloka pentaskan monolog serial "Bung Karno"
Baca juga: Monolog "gabut" alias gaji buta pandemi COVID-19 lalu "ngakak"
Baca juga: Monolog Happy Salma dalam musikal "Inggit Garnasih" pada April 2020

Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021