Penyusutan ini terjadi setelah selama dua juta tahun tempurung kepala manusia tumbuh ukurannya. Penciutan ini terjadi seluruh dunia, di kedua jenis kelamin dan di setiap ras.
Selama 20 ribu tahun terakhir, rata-rata volume otak laki-laki berkurang dari 1.500 kubik sentimeter menjadi 1.350 kubik sentimeter atau berkurang seukuran sebuah bola tenis," tulis Kathleen McAuliffe dalam majalah Discover.
"Otak perempuan menyusut kira-kira dengan proporsi yang sama."
Ia mengomentari Dr John Hawks, Antropolog dari universitas Wisconsin, yang berpendapat bahwa fakta ukuran otak yang mengecil tak berarti bahwa intelejensia manusia juga ikut berkurang.
Beberapa Pakar paleontologi sepakat dengan diagnosis bahwa otak kita menjadi lebih kecil tetapi bertambah efisien.
Tetapi pihak lainnya yakin bahwa seiring evolusi, manusia memang makin bodoh.
Beberapa teori makin maju guna menjelaskan misteri menyusutnya otak.Salah satunya berpendapat bahwa kepala yang besar perlu untuk bertahan pada zaman "upper" paleolitik yang bersuhu dingin dan aktivitas luar ruangan.
Teori kedua adalah pengembangan tengkorak itu memang selaras dengan yang terjadi dari kelinci,rusa kutub, rubah dan kuda.
Makanan kita yang makin mudah dikunyah membuat kepala kita berhenti untuk berkembang, menurut keterangan para pendukung teori ini.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh David Greary dan Drew Bailey, ilmuwan kognitif dari universitas Missouri mengeksplorasi bagaimana ukuran tempurung berubah seiring adaptasi manusia pada peningkatan lingkungan sosial yang kompleks antara 1.9 juta dan 10 ribu tahun lalu.
Mereka menemukan bahwa ketika populasi kepadatan rendah, tempurung menambah ukurannya, tetapi ketika populasi di wilayah tertentu berubah dari terpencar menjadi padat, ukuran tempurung kita berkurang.
Mereka menyimpulkan bahwa seiring dengan hadirnya masyarakat yang kompleks, otak tumbuh lebih kecil karena orang tak pandai untuk bertahan hidup.
Dr Greary menentang sterotipe bahwa leluhur kita lebih pintar ketimbang kita.
Ia mengatakan "Leluhur kita bukanlah intelektual atau memiliki kesetaraan kreativitas karena mereka kekurangan dukungan budaya yang sama."
(Yud/A038/BRT)
Penerjemah: Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011