Jakarta (ANTARA News) - Chaerul Umar (40), guru SD Negeri Takofi, selama ini tak bisa banyak berbuat jika anak didiknya ingin membaca buku-buku selain buku pelajaran. SDN negeri dengan 105 murid itu belum punya sarana-sarana seperti SD di metropolitan. SD itu satu-satunya sekolah dasar di Kelurahan Takofi, Kecamatan Moti, Kota Ternate.

Mendatangkan barang ke Takofi berarti terlebih dulu melawan ombak menuju Kota Ternate, ibukota Provinsi Maluku Utara. "Lama perjalanan dengan motor laut perlu waktu satu jam dan ongkosnya sekali jalan Rp60 ribu untuk satu orang. Mahal sekali," kata Chaerul. Takofi adalah satu dari enam kelurahan di Kecamatan Moti, Pulau Moti.

Buku, di Takofi maupun di pulau-pulau lain Kodya Ternate, selama ini barangkali masuk kategori "mewah" yang tak gampang dan tak banyak didapat.

Tapi, tak selamanya keinginan para murid pak guru Chaerul hanya angan-angan. Bahkan, bukan cuma satu atau dua buku untuk dibaca, melainkan ratusan judul buku tersedia untuk dibaca dalam ruang nyaman ber-AC, gratis. Yang paling menyenangkan, mereka tak perlu pergi jauh. Buku-buku pembawa ilmu itu justru datang menghampiri SD yang tak jauh dari pantai itu.

Para murid di antaranya bisa belajar bahasa Inggris lewat buku "My First Book Animals" sedangkan untuk dewasa tersedia "Efek Mozart Bagi Anak-anak". Ada juga buku tentang manajemen, agama, dan yang diperlukan warga: berbagai buku bertani, berladang, dan untuk nelayan.

"Gudang ilmu" dengan 2.000 buku itu ada di atas kapal "Pustaka 5", perpustakaan keliling terapung yang akhir tahun 2010 dihibahkan Perpustakaan Nasional RI kepada Kodya Ternate akhir tahun 2010.

Kapal dengan panjang 15, 5 meter itu bisa memuat 20 pengunjung sekaligus. "Pustaka 5" juga dilengkapi proyektor audio-video untuk multimedia. Kapal itu, lengkap dengan koleksinya, tiba di Ternate pada penghujung tahun 2010 setelah hampir satu pekan dikemudikan dari Jakarta.

Walikota Ternate, Burhan Abdurahman, menyambut baik hibah tersebut. "Pendidikan selalu jadi perhatian besar. Perpustakaan terapung ini menambah sarana kami. Minat baca masyarakat seharusnya meningkat, dan ini jadi pemicu buat kami membangun lebih banyak perpustakaan di sekolah-sekolah," katanya.

Kota Ternate pada tahun 2007 mendapat hibah satu kendaraan perpustakaan keliling dari Perpustakaan Nasional untuk melengkapi sarana perpustakaan daerah Kodya Ternate.

Burhan berjanji memprioritaskan revisi APBD Ternate 2011 untuk operasional perpustakaan terapung itu. Memang tak murah dan tak mudah menjalankan kapal tersebut.

Misalnya, 2 mesin masing-masing berkekuatan 100 tenaga kuda "minum" 50 liter bensin tiap jam perjalanan dengan kecepatan operasional 16 knot. Pemeliharaan kapal saja memerlukan teknisi yang khusus di-training untuk hal tersebut.

Ternate memiliki 4 kecamatan yaitu Pulau Ternate, Ternate Selatan, Ternate Utara dan Moti. Ada 42 desa pantai dan 18 desa bukan pantai ditambah 7 pulau kecil. Pendeknya, 70 persen desa/kelurahan di Kodya Ternate memiliki pantai.

Hanya sebagian kecil pulau yang letaknya dekat dengan Pulau Ternate. Pulau Hiri bisa dicapai dalam waktu 5 menit dari Pulau Ternate tapi lainnya tak sedekat itu. Ada pulau Mayau, Maka, Mano, hingga Gurida dan Tifure yang setidak-tidaknya perlu empat jam perjalanan dengan kapal cepat. Sekali jalan menggunakan speedboat ongkosnya Rp200 ribu per orang.

merapat
Burhan mengaku bahwa prioritas kunjungan perpustakaan terapung diberikan kepada kelurahan yang sudah punya dermaga sehingga kapal bisa merapat ke darat.

"Kalau harus ke kelurahan yang belum ada dermaganya, ya terpaksa rombongan pengunjung dijemput dengan perahu menuju kapal," kata Burhan lalu mengatakan perpustakaan terapung itu harus segera memberi pelayanan setidak-tidaknya mulai triwulan pertama 2011.

Kapal seharga Rp1,65 miliar dari fiberglass itu berisi empat awak, dua di antaranya adalah pustakawan yang ditugaskan bergilir dari Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Ternate.

Kepala Perpustakaan Nasional RI, Sri Sularsih, saat menyerahkan kapal tersebut mengemukakan perpustakaan keliling terapung adalah stimulan untuk pemerintah daerah.

"Kalau masyarakat menanggapi dengan baik kehadiran perpustakaan terapung itu, kami harap pemerintah daerah menyerap dengan membangun lebih banyak perpustakaan," kata Sri. Dia mengemukakan koleksi buku di kapal tersebut akan selalu "segar" dengan pasokan dari perpustakaan daerah setempat.

Selain Kota Ternate, perpustakaan keliling terapung sejenis dalam waktu bersamaan juga dihibahkan ke Kabupaten Wakatobi dan Morowali. Tahun lalu kapal sejenis dihibahkan kepada tiga daerah tingkat dua sedangkan perpustakaan terapung pertama dihibahkan pada tahun 2008.

Mengenai pengawasan fungsi kapal, Sri mengemukakan pihaknya secara berkala bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan monitor dan evaluasi. "Selama ini hasilnya baik. Kapal-kapal operasional sesuai peruntukan sebagai perpustakaan terapung," kata Sri.

Dia mengemukakan sudah ada 13 proposal dari berbagai daerah yang mengajukan bantuan untuk perpustakaan terapung keliling. "Tentu tidak begitu saja kami berikan. Terlebih dulu kami pantau keseriusan pemerintah setempat membangun minat baca masyarakatnya serta kesiapan mereka memiliki perpustakaan terapung keliling," kata Sri.

Perpustakaan terapung merupakan salah satu program "Revitalisasi Perpustakaan" dari Perpustakaan Nasional. Sri mengakui memasyarakatkan gemar membaca bukan hal mudah. Membaca, lanjut dia, belum dirasakan sebagai kebutuhan dan budaya sebagian besar masyarakat.

"Belum lagi televisi dengan gencar menyuguhkan berbagai infotainment dengan kemasan yang beragam. Perlu strategi jitu agar masyarakat mau memanfaatkan perpustakaan," katanya. Salah satu strategi adalah menjadikan perpustakaan mudah dijangkau dan menarik untuk dikunjungi. Kapal perpustakaan yang dihibahkan merupakan salah satu cara menumbuhkan ketertarikan masyarakat untuk membaca.

Perpustakaan terapung keliling tak cuma ada di Indonesia. Di Thailand, perpustakaan terapung keliling dari pemerintah setempat melakukan pelayanan terhadap masyarakat di sepanjang tepi sungai Chao Phraya.

Di Bangladesh, LSM Shidhulai Swanirvar Sangstha menggunakan kapal-kapal perpustakaan untuk bisa menjangkau keluarga terpencil. Perpustakaan mereka dilengkapi buku, printer, komputer, peralatan multimedia yang listriknya dipasok generator hemat energi serta sel matahari.

Di Eropa, salah satu negara yang memiliki perpustakaan terapung keliling adalah Norwegia. Kapal "Epos", yang dioperasikan sejak 1959, mengunjungi tiga tempat terpencil dua kali setahun. Awak Epos terdiri dari nakhoda, kelasi, tiga pustakawan dan dua seniman pertunjukan.

Kapal perpustakaan terbesar dalam sejarah adalah MV "Doulos", kapal seberat 6.818 ton yang membawa 6 ribu judul buku mulai dari buku anak-anak hingga dewasa. Kapal yang keliling dunia ini milik LSM asal Jerman. Doulos juga merupakan toko buku besar lengkap dengan CD, kaset dan alat tulis menulis.

Yang membuat kapal-kapal perpustakaan itu tetap beroperasi tentunya karena kehadiran mereka dirasakan bermanfaat oleh masyarakat yang dikunjungi. Epos memiliki rata-rata 20 ribu buku yang sedang dipinjam. Perpustakaan terapung keliling di Thailand punya target 20 ribu pengunjung setiap tahun. LSM Shidhulai Swanirvar Sangstha memiliki armada kapal perpustakaan yang bisa menjangkau 86.500 keluarga.

Di Ternate, data tahun 2009 menyebutkan jumlah penduduk Kodya Ternate sekitar 177 ribu jiwa. Mereka dilayani satu perpustakaan daerah, satu mobil perpustakaan keliling dan satu perpustakaan keliling terapung selain perpustakaan di sekolah, perguruan tinggi dan perpustakaan yang diselenggarakan masyarakat.

"Jumlah itu belum ideal, tapi kami bangga dapat sarana kapal perpustakaan ini," kata Budi Utomo, kepala sub bagian Tata Usaha Kantor Arsip dan Perpustakaan Kodya Ternate. Menurut Budi, selama ini masyarakat di luar Pulau Ternate khususnya para siswa sekolah, sangat jarang datang ke perpustakaan daerah.

"Tentunya faktor geografis membuat mereka sulit datang ke perpustakaan. Sekarang, keadaannya tak begitu lagi. Kami punya kesempatan untuk datang melayani, khususnya desa-desa terpencil di pantai," kata Budi.

Menurut Budi, uji coba pertama kunjungan "Pustaka 5" akan dilakukan dalam waktu dekat ke Pulau Hiri. Pulau tersebut dipilih karena jaraknya relatif dekat dari Pulau Ternate. Budi mengemukakan pihaknya akan terlebih dulu mengirim surat undangan lewat kelurahan atau desa serta ke sekolah-sekolah.

"Pelayanan perpustakaan mungkin satu hari untuk setiap desa pantai," kata Budi. Dia mengemukakan koleksi buku di kapal tidak untuk dipinjam namun hanya dibaca di kapal.

Satu hal yang masih dipikirkan Budi adalah keamanan kapal. Pustaka 5 tak punya dermaga dan lego jangkar di perairan Kepala Jawa Kota Ternate. "Saya terpaksa menggilir staf untuk berjaga dan menginap di kapal. Saya kebagian jaga pada beberapa malam pertama kapal tiba," katanya.

Akhirnya, impian murid-murid guru Chaerul Umar di Takofi untuk merasakan perpustakaan yang nyaman dan lengkap sebentar lagi terlaksana.
(A038)


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011