Sementara bencana yang membayangi pengembang terlilit utang, China Evergrande menambah kerapuhan pasar.
Dalam perdagangan yang tipis karena liburan di Jepang, China dan Korea Selatan, euro mempertahankan kerugian dari minggu terlemahnya dalam sebulan, tergelincir sedikit menyentuh level terendah empat minggu di 1,1721 dolar.
Sterling dan dolar Australia dan Selandia Baru juga tertekan menuju palung baru. Dolar Kiwi diperdagangkan pada 0,7024 dolar AS dan sterling pada 1,3722 dolar AS, mencapai posisi terendah tiga minggu seperti halnya Aussie yang turun 0,1 persen menjadi 0,7253 dolar AS.
"Dolar AS mengalami sedikit rebound," kata analis Westpac Imre Speizer, yang menarik dukungan, tambahnya, baik dari ekspektasi pengurangan pembelian aset (tapering) dalam waktu dekat dari Fed dan dari kehati-hatian karena pasar ekuitas mulai goyah.
"Semua orang mengincar The Fed, menunggu sinyal tapering."
Indeks dolar AS naik sedikit ke level tertinggi sebulan di 93,263. Yen bertahan di 110,01 per dolar.
Perdagangan minggu ini disemarakkan pertemuan bank-bank sentral di Jepang, Inggris, Swiss, Swedia, Norwegia, Indonesia, Filipina, Taiwan, Brazil, Afrika Selatan, Turki dan Hungaria serta pemilihan umum di Kanada dan Jerman - meskipun sebagian besar pedagang fokus pada Fed.
The Fed akan menyimpulkan pertemuan dua harinya pada Rabu (22/9/2021) dan konsensus pasar adalah bahwa ia akan tetap dengan rencana luas untuk mulai melakukan tapering atau pengurangan pembelian set tahun ini tetapi akan menunda memberikan rincian atau jadwal waktunya selama setidaknya satu bulan.
Namun, imbal hasil AS yang merayap menguat, pada tenor 10 tahun naik untuk minggu keempat berturut-turut minggu lalu menunjukkan risiko kejutan hawkish atau pergeseran proyeksi untuk menunjukkan kenaikan (suku bunga) segera pada 2022, yang keduanya dapat mendukung dolar.
Hanya perlu dua anggota Fed untuk mengubah pikiran mereka untuk "dot plot" proyeksi median guna mencerminkan kenaikan (suku bunga) tahun depan, kata Marshall Gittler dari broker BDSwiss.
"Jadi sangat mungkin mereka beralih dari perkiraan tidak ada kenaikan suku bunga tahun depan menjadi setidaknya satu (kenaikan)," katanya.
"Demikian pula, mereka sekarang memperkirakan dua kenaikan pada tahun 2023 - yang bisa dengan mudah menjadi tiga juga."
Di antara bank-bank sentral utama lainnya, bank sentral Inggris diperkirakan akan membiarkan pengaturan kebijakan tidak berubah, tetapi para pedagang melihat potensi kenaikan dalam mata uang jika bank mengadopsi nada hawkish atau lebih banyak anggota menyerukan pengurangan pembelian aset.
Tidak ada ekspektasi perubahan kebijakan di bank sentral Jepang yang sangat dovish pada Rabu (22/9/2021), tetapi sehari kemudian ban sentral Norwegia diperkirakan menjadi bank sentral G10 pertama yang menaikkan suku bunga.
Krona Norwegia telah tergelincir karena harga minyak dan dolar yang meningkat pada Jumat (17/9/2021) dan terakhir berada di level terendah satu setengah minggu di 8,7154 per dolar.
Dolar Kanada yang sensitif terhadap minyak juga melemah menjelang pemilihan pada Senin di mana jajak pendapat menunjukkan keuntungan bagi Perdana Menteri Justin Trudeau yang sedang menjabat tetapi kemungkinan dia tetap menjadi pemimpin pemerintahan minoritas.
Di China, pasar saham dan pasar uang dalam negeri ditutup pada Senin tetapi yuan berada di bawah tekanan di luar negeri karena krisis utang yang melanda Evergrande menambah ketidaknyamanan atas perlambatan ekonomi China dan tindakan keras peraturan.
Yuan turun sekitar 0,1 persen dan melampaui rata-rata pergerakan 200 hari menjadi 6,4770 per dolar. Evergrande memiliki pembayaran bunga obligasi sebesar 83,5 juta dolar AS yang jatuh tempo pada Kamis (23/9/2021).
Baca juga: Dolar menguat ke tertinggi 3 minggu, terkerek data baru ekonomi AS
Baca juga: Dolar bertahan dekat level tertinggi tiga minggu di perdagangan Asia
Baca juga: Dolar naik ke tertinggi 3 minggu setelah penjualan ritel AS "rebound"
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021