London (ANTARA News/AFP) - Prajurit Inggris pertama tewas di Afghanistan pada tahun ini meninggal akibat ledakan pada Tahun Baru, kata Departemen Pertahanan, Minggu.

Sejumlah 103 tentara Inggris tewas dalam gerakan pada tahun lalu, paling berdarah kedua pada catatan pasukan Inggris setelah 108 tewas pada 2009, lebih dari dua kali lipat jumlah kematian pada 2008.

Jumlah tentara Inggris tewas turun sejak September 2010 sesudah mereka menyerahkan kota pasar Sangin di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, kepada pasukan Amerika Serikat.

Tentara tewas pada Sabtu itu dari Dataran Tinggi Argyll dan Sutherland, Batalyon 5 Resimen Skotlandia.

Dia terkena ledakan saat bergerak untuk menangkap pejuang di daerah Nahr-e Saraj di Helmand, kata Kementerian Pertahanan.

"Ia adalah bagian dari gerakan untuk membawa perdamaian dan kemakmuran bagi rakyat bekas daerah `pemberontak` dan membuat pengorbanan tertinggi dalam mengupayakan kehidupan lebih baik bagi orang lain," kata juru bicara Satuan Tugas Helmand Letnan Kolonel David Eastman.

Kematian itu menjadikan 349 jumlah tentara Inggris tewas di Afghanistan sejak gerakan di negara terkoyak perang tersebut dimulai pada Oktober 2001. Dari jumlah tersebut, sedikitnya 308 tewas akibat "tindakan bermusuhan".

Inggris memiliki sekitar 9.500 tentara di Afghanistan, terutama memerangi pejuang Taliban di Helmand.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Inggris dapat mulai menarik pasukannya keluar dari Afghanistan dalam waktu hanya setahun lebih, kata kepala angkatan bersenjata kepada suratkabar "Telegraph" pada ahir November.

Jenderal David Richards saat kunjungan ke negara itu menyatakan ada "kepastian pengurangan" kehadiran Inggris di propinsi Helmand, Afghanistan selatan, pada 2012.

Dalam keterangan sebelumnya pada Desember, Perdana Menteri David Cameron menyatakan Inggris akan menarik seluruh pasukan tempurnya dari Afghanistan sebelum akhir 2015.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

Pejuang hak asasi manusia Inggris meluncurkan upaya membawa pejabat pertahanan ke pengadilan atas tuduhan keterlibatan tentara negara itu dalam penembakan rakyat Afghanistan, kata laporan pada awal Agustus.

Wakil Perdana Menteri Inggris Nick Clegg pada akhir Agustus memastikan tugas tempur negaranya di Afghanistan berakhir pada 2015 dan berjanji melindungi pasukan garis depan dari pemotongan mendadak dalam anggaran pemerintah.

Pemerintah sedang mengkaji pengeluaran seluruh departemen sebagai bagian dari penghematan untuk menghapus rekor defisit anggaran.

Rincian yang akan dipangkas akan diumumkan pada Oktober, tapi Clegg menyatakan pasukan garis depan akan dilindungi dari perubahan mendadak dalam pendanaan.

Anggota parlemen di London pada akhir Juli menyatakan akan mulai menyelidiki perang Afghanistan, mengkaji alasan pasukan Inggris tetap di sana sembilan tahun setelah serbuan dan apakah mereka berhasil.(*)

(U.B002/H-RN/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011