Palu (ANTARA News) - Tokoh adat Kaili, Ashar Yotomaruangi, menyatakan bahwa wartawan dan pekerja pers lainnya jangan gentar menghadapi teror atau intimidasi saat melakukan kerja-kerja jurnalistik.

"Wartawan adalah pahlawan kemanusian dan perdamaian yang kerjanya dilindungi undang-undang," kata Ashar dalam pertemuan dengan tokoh-tokoh adat Kaili di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu malam.

Pernyataan Ashar itu dikemukakan terkait adanya penyerangan oknum anggota dan simpatisan Front Pemuda Kaili (FPK) kepada empat orang pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu pada Kamis (30/12).

Kaili merupakan etnis terbesar di Sulawesi Tengah yang sebagian besar terdapat di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong.

Ashar mengatakan penyerbuan oknum FPK ke Sekretariat AJI Palu itu tidak menggambarkan secara umum bahwa orang Kaili kerap melakukan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.

Suku Kaili sejatinya sangat menjunjung tinggi persaudaraan, kekeluargaan dan perdamaian sebagai semangat untuk menjalani hidup kesehariannya.

Orang Kaili, seperti halnya, suku lain di Indonesia juga toleran dengan pendatang sehingga terjadi asimilasi kebudayaan dengan tidak meninggalkan akar budaya.

"Jadi tidak akan ada pertengkaran dalam mengatasi suatu masalah," kata Ashar.

Lebih lanjut, dia mengimbau kepada kepolisian, agar mengusut tuntas pelaku kekerasan dan anarkisme di sekretariat AJI Kota Palu.

Pemerintah Kota Palu juga diimbaunya pro-aktif mengatasi persoalan sosial di tengah masyarakat.

"Kami juga tidak setuju adanya kekerasan yang menggunakan identitas suku," kata Ashar.

Sementara Ketua AJI Kota Palu, Ridwan Lapasere, berharap tidak ada lagi kekerasan di Kota Palu pasca-penyerangan di sekretariat AJI Kota Palu.

"Mari kita sama-sama membangun Kota Palu dengan kearifan dan kerukunan," kata Ridwan yang juga keturunan Kaili.
(T.R026/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011