"Saya gunakan teknik `cukit` atau pahat, kalau maketnya sudah jadi dari bahan fiber, tetapi untuk patung aslinya dari emas murni," kata seniman dari Komunitas Seniman Borobudur Indonesia ini di Borobudur, Sabtu.
Ia menjelaskan, patung emas berukuran 8x5x5 milimeter dengan sikap tangan "dyanamudra" atau semadi sebagaimana umumnya patung Budha ini menghadap ke arah barat.
Patung seberat 1,5 gram atau 24 karat itu, terinsipirasi dari salah satu patung Budha di candi Budha terbesar Indonesia yang dibangun pada abad ke-8 semasa wangsa Syailendra itu.
"Butuh satu bulan untuk menyelesaikan karya ini," kata Cipto, lulusan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia, Yogyakarta tahun 2006.
Patung terkecil itu akan diletakkan dalam kotak berkaca cembung di sisi depan dan salah satu sampingnya sehingga terlihat besar sedangkan dari belakang dan samping lainnya tetap terlihat kecil dan natural.
Patung terkecil Budha ini akan melengkapi koleksi Galeri Unik dan Seni Borobudur Indonesia di Taman Wisata Candi Borobudur, sebelah barat Candi Borobudur.
Cipto setiap hari bekerja sebagai pematung dengan bahan dari batu, kayu, dan fiber di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, di kawasan jalur wisata Yogyakarta-Muntilan-Borobudur.
Pengelola GUSBI, Umar Khusaeni, mengatakan, akan mencatatkan patung emas terkecil Budha itu di Museum Rekor Indonesia (MURI).
Ia menyatakan, patung itu akan dipajang di GUSBI yang saat ini mengoleksi 500 benda seni terdiri dari patung, lukisan, foto-foto, uang kuno, senjata tradisional khas berbagai daerah, perangko, dan berbagai benda unik zaman peninggalan Belanda. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009