Jakarta (ANTARA News) - Perang terompet terjadi di sepanjang malam tadi, dipuncaki sajian kolosal pesta kembang api di kota-kota besar Indonesia, termasuk Jakarta, diantaranya di kawasan Monumen Nasional (Monas) dan Taman Impian Jaya Ancol.
Para pengunjung di sisi timur Monas melepaskan tembakan kembang api ke arah barat. Tak mau kalah, pengunjung di sisi barat, membalas mengarahkan kembang api ke timur.
Tatkala mereka saling berbalas tembakan kembang api, satu kembang api besar yang mengeluarkan suara bak ledakan meriam dari arah selatan mengagetkan mereka.
Para pengunjung Monas kaget, tapi beberapa detik kemudian kekagetan berganti degan tepuk tangan dan sorak. "Serang terus," teriak seorang pengunjung di sisi selatan.
Monas malam itu, seperti juga Ancol, dan tempat-tempat lain di Indonesia dan seluruh dunia, mandi cahaya api dan dikuasai lengkingan terompet. Ada yang terganggu, tapi jauh lebih banyak yang justru senang dengan atmosfer malam pergantian tahun seperti ini.
Di Monas, aksi ditambah oleh puluhan layang-layang kecil berwarna putih yang mengudara bak burung yang bergerombol ketika musim berganti.
Seorang bapak mengendalikan layangan, sementara sang anak memegang kaleng benang. Satu kerjasama apik dari dua generasi berbeda. "Ayo pak jangan sampai jatuh," si anak menyemangati si bapak.
Malam itu, Monas menjadi tempat rakyat. Semua berkumpul, bahkan pedagang bergerobak pun boleh turut masuk, sungguh pasar malam super besar nan amat meriah.
Toilet-toilet mobil disediakan di banyak sudut, agar orang-orang yang riang gembira itu tetap menjaga sehat dengan tak membuang kotoran sembarangan.
Polah tingkah pengunjung bermacam-macam. Ada yang tak henti keliling, ada yang duduk bercengkrama dengan karib, sementara pasangan-pasangan cinta memanfaatkan momen ini untuk setidaknya diingatkan tentang sedalam dan sejauh mana mereka telah memadu kasih.
Ada juga yang datang untuk sekedar tidur beratapkan langit, beralaskan tikar, demi menanti satu detik pertama tahun 2011.
Di Ancol, sejak Jumat pukul 19.30 WIB, pintu barat dijejali orang yang memilih Ancol sebagai tempatnya melewati pergantian tahun.
Puluhan ribu orang berdesakkan guna mendapatkan tiket masuk seharga maksimal Rp13.000.
Gelap kian erat memeluk malam, tapi deru suara kendaraan bermotor dan lengkingan suara terompet kian menguasai atmosfer malam. Puncaknya, seperti juga di Monas, pesta kolosal kembang api mulai digelar tepat satu detik pertama 2011.
Menikah dan Timnas
10 jam setelah itu, pesta kembang api usai, suara terompet tak lagi memekakkan telinga, sejumlah jalan mulai melengang lagi. Tahun sudah berganti. Asa pun timbul, yaitu apakah hidup menjadi lebih baik bagi yang tak beruntung tahun lalu, atau kian menyenangkan bagi mereka yang baik-baik saja pada 2010.
Warsono (32), warga Cengkareng, Jakarta Barat, berharap tahun ini adalah awal suksesnya menjadi manajer di satu perusahaan asuransi otomotif nasional.
Sementara Adi Setiawan (20), mahasiswa semester IV Institut Kesenian Jakarta yang membawa handycam untuk mengabadikan momen alih tahun di Monas, berkata, "Tahun depan saya akan buat film dokumenter pendek tentang humanisme."
Sambil menggendong anaknya bernama Rio yang masih 3 tahun, di bawah angkuhnya Monas, Agung Waluyo berniat kembali ke kampungnya di Lumajang, Jawa Timur, tahun ini. Kurang dari dua bulan lalu dia di-PHK perusahaannya.
"Saya jadi petani saja di kampung," kata lelaki yang sudah menjadi warga Cipondoh, Tangerang, ini.
Sedangkan Sugiono (27), penjual air minum keliling dari Tanah Abang berharap tahun ini sebuah toko sembako di Tanah Abang sudah berdiri untuknya.
"Masih ngumpulin modal bos, doain aja ya," kata pria asal Kendal ini kepada ANTARA News.
Lain lagi dengan Heryono. Pria 27 tahun dan karyawan Telkom di daerah Pademangan ini berharap tahun ini gajinya naik dan mendapatkan jodoh.
"2011 saya mau gaji saya naik dan bisa menikah," katanya.
Ahmad Bahrun, pelajar satu SMA di Jakarta Pusat, memiliki harapan agak mirip dengan Heryono. "Pengen dapat pacar baru yang nggak banyak nuntut," katanya.
Yang unik justru asanya Sofyan Lubis. Satpam asal Klender yang malam itu mengunjungi Ancol bersama keluarganya, berkata, "Saya ingin Timnas Indonesia menang di ajang SEA Games 2011."
Ingin sejahtera
Pelajaran apakah yang orang-orang biasa itu petik dari tahun yang baru saja lewat? Apa mereka hanya berharap untuknya sendiri?
Jawabnya, mereka memang menginginkan yang terbaik terjadi pada mereka di tahun ini. Namun mereka juga berharap sistem, khususnya penguasa dan pemerintah, menyokong mereka untuk hidup sejahtera. Mereka juga mengkritisi pencapaian nasional pada 2010.
Agung Waluyo mengkritik kurang transparannya pengaliran dana Bantuan Operasi Sekolah (BOS), sementara Warsono menyoroti stabilitas harga, terutama harga sembako.
"Anak saya di Lumajang tidak mendapatkan dana BOS. Mungkin mampet di birokrasi," kata Agung.
Lain Agung lain Warsono. Warsono justru mengkritik kejanggalan-kejanggalan di tahun lalu, salah satunya kasus ledakan tabung gas. "Berapa banyak orang meninggal karena tabung gas? Buat proyek kok setengah-setengah," katanya.
Namun Sugiono memilih mengkoreksi dirinya sendiri, ketimbang mengungkit kesalahan pemerintah "Koreksi diri masing-masing saja dulu," katanya.
Tidak demikian dengan rekannya yang berusia 33 tahun dan mengenalkan diri dengan nama depan Dino. Si Dino punya pandangan lain.
Tahun ini warga Kampung Rambutan akan membuka toko sembako. Namun dia mengeluhkan sulitnya mendapat pinjaman modal dari bank, yang dinilainya berbelit-belit.
"Bank-bank tak mempercayai kami-kami yang orang pribumi ini," ujar Dino yang berbisnis aksesoris rumah tersebut.
Dino juga ingin pemerintah memberi izin kepada pedagang kaki lima. Dia menyaksikan "penderitaan berusaha" dari temannya seorang pedagang PKL yang harus membayar Rp2000 ke Satpol PP, tapi tetap saja digaruk dan diharuskan membayar Rp500 ribu untuk mendapatkan lagi gerobak yang disita Satpol PP.
"Untung nggak seberapa, denda aja yang banyak," ujarnya.
Berbeda dengan Sofyan. Pria ini ingin Indonesia menarik pelajaran penting dari kegagalan Timnas di Piala AFF 2010. Dia menyebut ajang itu sebagai momen tepat untuk memajukan sepakbola nasional.
"Indonesia mampu berprestasi, asal ada perbaikan dan disiplin tinggi terutama di tubuh PSSI," katanya.
Taufik Wijaya (36), karyawan swasta asal Bekasi, justru menilai hal yang perlu dibenahi dari Indonesia pada 2011 adalah pemberantasan korupsi dan penegakan hukum.
"Kasus Gayus membuka mata masyarakat bahwa korupsi merajalela di tahun 2010," katanya.
Ia menilai sistem penegakan hukum Indonesia lemah sehingga mafia pajak seperti Gayus Tambunan pun bisa leluasa menggerogoti uang negara dan dengan mudahnya keluar masuk tahanan.
Lain lagi dengan Adisti Nainggolan (22). Mahasiswi ini menilai kasus video mesum yang melibatkan Ariel Peterpan adalah hal paling menghebohkan pada 2010 dan dia menyebutnya amat merusak moral generasi muda.
"Kasus Ariel bikin kita pusing," katanya.
Ia berharap tak ada lagi kasus asusila seperti itu pada 2011. Kalau tidak, maka negara hanya mampu membuat undang-undang tapi tak mampu mengimplementasikannya.
Di atas semua harap itu, adalah asa Asrul kamal (41), yang mungkin paling layak dicatat. "Semoga tahun ini bangsa Indonesia dilindungi dari bencana dan semoga rakyat kecil seperti saya mendapat perhatian pemerintah," kata pedagang minuman ini. (*)
editor jafar sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011