Yogyakarta (ANTARA News) - Tingkat hunian atau okupansi hotel berbintang dan melati di Yogyakarta menjelang tahun baru 2011 mencapai 90 persen atau meningkat dibandingkan libur natal lalu yang hanya mencapai 70 persen.
"Menjelang pergantian tahun ini tingkat hunian hotel ada peningkatan yang menggembirakan dibandingkan saat libur natal sepekan lalu, jika pada libur natal hunian hotel hanya berkisar 70 persen maka pada tahun baru ini meningkat menjadi 90 persen," kata Ketua Keluarga Public Relation (Kapurel) Yogyakarta Deddy Pranowo Eryono, Jumat.
Menurut dia, tingkat hunian hotel akhir tahun ini tidak jauh berbeda dengan tingkat hunian hotel pada akhir tahun lalu yang berkisar pada 90 persen.
"Sejak 23 Desember 2009, tingkat hunian hotel sudah di atas 80 persen. Namun, menjelang tahun baru 2011, tingkat hunian hotel mencapai 90 persen berlangsung mulai 28 Desember 2010," katanya.
Ia mengatakan, pengelola hotel di Yogyakarta patut bersyukur karena dampak erupsi Gunung Merapi terhadap dunia pariwisata sudah kembali membaik, meski belum 100 persen pulih.
"Kami berharap menjelang pergantian tahun nanti semua hotel bintang dan melati tingkat huniannya bisa mencapai di atas 90 persen seperti menjelang pergantian tahun 2010 yang mencapai sekitar 95 persen," katanya.
Deddy mengatakan, untuk pemulihan pariwisata di Yogyakarta, hotel kelas bintang dan melati tidak menaikkan tarif, meski ada kegiatan acara pergantian tahun, bahkan hotel yang menjadi anggota Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY memberikan diskon harga kamar mulai dari 10 hingga 15 persen.
"Dengan demikian jika ada hotel yang menaikkan tarif itu pasti bukan anggota PHRI. Karena kami sepakat memberikan diskon kepada tamu yang menginap saat libur panjang Natal dan Tahun Baru," katanya.
Ia mengatakan, wisatawan yang datang ke Yogyakarta dan menginap di hotel bintang maupun melati didominasi wisatawan domestik, sedangkan wisatawan dari mancanegara masih sangat terbatas.
"Wisatawan Eropa banyak membatalkan kunjungan ke Yogyakarta karena terkendala cuaca yang ekstrim yang saat ini terjadi di benua Eropa sehingga wisatwan Eropa menunda kunjungan ke Yogyakarta hingga Februari 2011," katanya.
(ANT/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010