Ini adalah pembangkit masa depan, bisa dikombinasikan dengan fotovoltaik solar di waduknya
Jakarta (ANTARA) - Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling berkapasitas 4x175,18 MW di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, memiliki peran sebagai pendukung beban puncak sistem kelistrikan Jawa-Bali.
Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar mengatakan pembangkit itu juga berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan load frequency control (LFC).
"Jika terjadi black out, PLTA Saguling masih dapat dioperasikan sebagai black start sekaligus berperan menjadi pengisian tegangan untuk menopang pembangkit listrik PLTU Suralaya," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Lebih lanjut Wanhar menyampaikan ada tiga fungsi strategis PLTA Saguling, yaitu sebagai baseload, stabilizer, dan mengurangi emisi karena menggunakan energi baru terbarukan.
"Ini adalah pembangkit masa depan, bisa dikombinasikan dengan fotovoltaik solar di waduknya," ujarnya.
Saat ini, pemerintah terus mendorong pengembangan energi baru terbarukan untuk mencapai target 23 persen pada 2025.
Dalam pengembangan energi hijau, PLTA Saguling memiliki kontribusi sebesar 2,0 persen dari total pembangkit energi baru terbarukan jenis hidro sebesar 4,53 persen yang terhubung dengan sistem jaringan 500 kV Jawa-Bali.
Anggota Komisi VII DPR RI Tifatul Sembiring mencermati pentingnya aspek keselamatan sistem PLTA Saguling.
Menurutnya, PLTA bukan hanya tentang menurunkan air untuk memutar turbin menjadi listrik, tetapi ada masalah gulma yang juga mesti diselesaikan agar pasokan listrik selalu terjaga dan stabil.
"PLTA Saguling juga mendukung sistem Jawa, Madura, dan Bali (Jamali). Kalau satu sistem rontok, rontok juga yang lain, sehingga penjagaan aspek keselamatan secara sistem harus diperhatikan," ujar Tifatul.
Pada 2021, PLTA Saguling yang dioperasikan PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero), memiliki target untuk menjadi penyedia bahan baku co-firing dari gulma eceng gondok yang selama ini tidak dimanfaatkan.
Langkah ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pendangkalan pada waduk dan juga mendukung pelaksanaan co-firing pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Program Biomass Operating System of Saguling (BOSS) tersebut merupakan program unggulan PT Indonesia Power dalam mewujudkan program Saguling Clean, yakni waduk Saguling yang bersih dari sampah dan gulma eceng gondok.
Baca juga: Bank Dunia setujui pinjaman 380 juta dolar AS untuk PLTA Cisokan
Baca juga: Anggota DPR: RUU Energi Baru Terbarukan beri kepastian investor
Baca juga: PLN: Produksi listrik "co-firing" capai 85.015 MWh hingga Juli 2021
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021