Yogyakarta (ANTARA News) - Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat belum menentukan juru kunci Gunung Merapi dua bulan setelah meninggalnya Mas Penewu Surakso Hargo atau Mbah Marijan karena letusan gunung itu.
"Ada semacam tim yang akan menyeleksi para calon juru kunci Gunung Merapi," kata Gusti Bendoro Pangeran Haryo Joyokusumo di sela pengembalian mandat juru kunci Gunung Merapi oleh keluarga Mbah Marijan kepada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, di Yogyakarta, Selasa.
Ia mengatakan posisi juru kunci tersebut belum tentu akan diserahkan kepada `abdi dalem` Kinahrejo dengan pangkat tertinggi.
"Syarat yang paling utama bagi juru kunci Gunung Merapi adalah kemampuan dia dalam berkomunikasi dengan alam," katanya.
GBPH Joyokusumo yang menyandang pangkat Pengageng Kawedanan Hageng Panitropuro atau sekretaris umum Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengatakan untuk sementara waktu posisi juru kunci dipegang `abdi dalem` Kinahrejo berpangkat tertinggi yaitu Mantri Surakso.
"Upacara `labuhan`, bagaimana pun juga harus tetap dilaksanakan meskipun juru kunci Gunung Merapi belum ditentukan oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat," katanya.
Pada kesempatan tersebut GBPH Joyokusumo juga mengucapkan terima kasih kepada Mbah Marijan yang telah memegang mandat hingga akhir hayatnya.
Sedangkan mengenai lokasi prosesi "labuhan" Merapi, ia mengatakan masih akan melihat kondisi Dusun Kinahrejo apakah masih layak untuk menggelar `labuhan`, Merapi mengingat kondisinya yang telah hancur.
"Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki beberapa alternatif yaitu `labuhan` tetap digelar di Dusun Kinahrejo atau dipindahkan ke dusun lain yang letaknya di bawah Kinahrejo," katanya.
Penentuan lokasi `labuhan` yang digelar setiap 30 Rajab penanggalan Jawa itu, kata dia juga harus mempertimbangkan kondisi psikis dan fisik para `abdi dalem` pelaksana `labuhan`.
"Hal tersebut karena tidak menutup kemungkinan para `abdi dalem` mengalami trauma pascaletusan Gunung Merapi yang menghancurkan lokasi labuhan terdahulu," katanya.(*)
ANT/M008
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010