Jakarta (ANTARA News) - Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi di Jakarta atas nama Pemerintahnya menyerahkan penghargaan kepada Nuryati Sulapari, mantan tenaga kerja wanita di negara Timur Tengah itu, atas keberhasilannya menempuh pendidikan hingga menjadi dosen.
Wakil Duta Besar Arab Saudi Majed Abdulaziz Al-Dayel menyerahkan penghargaan tersebut dalam satu acara di aula kedubes di Jakarta Selasa. Hadir dalam acara itu Staf Ahli Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Abdul Wahid Maktub.
"Ny. Nuryati adalah pejuang yang gigih dan ia patut memperoleh penghormatan dan penghargaan atas keberhasilannya," kata Al-Dayel dalam sambutannya.
Dengan dukungan dari keluarganya di Indonesia dan juga bekas majikannya di Saudi, ia telah meraih apa yang dicita-citakannya.
Menurut Al-Dayel, sesungguhnya keberhasilannya itu adalah berkat pertolongan Allah SWT dan kebaikan keluarga Saudi tempat ia mencari nafkah kala itu.
"Ny. Nuryati merupakan contoh nyata hubungan baik dan kekeluargaan yang terjalin antara TKI dan warga Saudi," kata Wakil Dubes.
Al-Dayel mengatakan, sebenarnya tabiat keluarga Saudi terhadap orang yang bekerja dengannya yang berasal dari berbagai negara adalah tanpa memandang latar belakang keyakinan agama namun terkadang terjadi sesuatu yang jarang terjadi di antara berjuta-juta orang.
Ny. Nuryati pernah bekerja pada satu keluarga di kawasan Tabuk, Arab Saudi, pada 1998 hingga awal 2001.
Wanita asal Banten itu mengatakan bahwa ia ingin bekerja di negara Teluk itu guna mendapatkan uang untuk biaya melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, bukan pelarian, melihat kemampuan keuangan orang tuanya yang terbatas.
"Saya bersyukur dapat bekerja di satu keluarga yang suami-istri berprofesi dokter dan dua anaknya masih kecil," ujarnya.
Saat istirahat kerja pada pukul 14.00-16.00, ia gunakan untuk mengulang-ulang pelajaran dari buku-buku yang dibawanya dari kampung halaman.
Istri majikannya memahami tekad kuatnya untuk menimba ilmu dan Nuryati yang saat itu belum menikah juga membantu menyelesaikan pekerjaan rumah anak majikannya.
Dengan uang tabungan dan tekadnya yang kuat sekembali ke Tanah Air, Nuryati melanjutkan pendidikan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, hingga ke jenjang pasca sarjana.
"Insya Allah saya akan kuliah lagi ke jenjang lebih tinggi," tambah ibu tiga anak itu yang tidak melupakan jasa dua wanita: ibu kandungnya dan istri majikannya.
Kisah pahit
Ribuan orang Indonesia mencari nafkah di Arab Saudi tiap tahun. Kisah sukses seperti yang dialami Nuryati juga terjadi pada sejumlah tenaga kerja yang bekerja di negara itu dan mereka memanfaatkan uang yang diperolehnya untuk bekal usaha, sosial atau pendidikan.
Tidak dipungkiri bahwa di antara kisah-kisah sukses tersebut, ada pula kisah pahit dan tidak menyenangkan yang dialami segelintir orang seperti Sumiyati, yang kasusnya mencuat diberitakan media massa beberapa waktu lalu.
"Pelaku (kejahatan terhadap Sumiati) diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan hukuman yang sesuai dengan hukum Islam," kata Wakil Dubes itu.
Lebih jauh ia menyayangkan reaksi terhadap peristiwa-peristiwa tersebut seperti pelemparan telur busuk ke kedutaan Arab Saudi beberapa waktu lalu.
Al-Dayel mengatakan, ia sangat menghargai perkembangan demokrasi yang terjadi di Indonesia saat ini dan dalam kondisi seperti ini sistem demokrasi telah memberi ruang kebebasan untuk berunjuk rasa dan mengekspresikan pendapat yang dijamin secara hukum.
Namun, menurut dia, ada sebagian kelompok kecil yang menyusup dan memanfaatkan aksi tidak manusiawi di depan kedutaan Saudi pada saat isu Sumiati merebak.
Dia menyatakan isu itu mendapat perhatian ekstra dari pejabat tinggi Arab Saudi dan pengadilan Saudi memproses masalah itu.
"Sumiati mendapat perawatan medis yang semestinya. Setelah sembuh ia segera kembali ke Indonesia setelah memperoleh seluruh haknya," ujar Al-Dayel.
Ia juga mengatakan, tindakan tidak terhormat tidak akan menyelesaikan isu tersebut secara adil bahkan akan memperburuk hubungan baik kedua negara yang telah lama terjalin.
Dari tujuh juta tenaga kerja asing yang mencari nafkah di Arab Saudi, satu juta di antaranya dari Indonesia dan sebagian besar bekerja di sektor informal sebagai pekerja domestik.
(M016/B010)
(T.M016/B/A011/A011) 28-12-2010 16:39:45
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010
karena membrikan contoh baik.
biar mereka tau jadi TKI tidak di hinakan.
ak jg salah satu dari mereka alhamdllh terapiy apa yg ak harapkn.skolah ku haya keluaran SD tapi ku dapat semua di timor tengah ini.pekerjaan ku sebagai foodserver di rumah sakit partnear kerja ku saudi piople.